Siswa Adalah Cerminan Sang Guru

Children see, children do”, seperti itulah anak-anak, mereka melakukan apa yang mereka lihat dari orang dewasa. Semua hal dicontoh, mereka belum mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tanpa filter mereka berpikir bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan orang dewasa adalah hal baik dan benar. Kitalah, orang yang sudah dewasa yang harus membatasi diri untuk tidak mencotohkan hal buruk pada anak-anak. Adapun seorang guru yang berperan sebagai pendidik, pengajar dan pemimpin harus mampu memberikan teladan yang baik sehingga patut ditiru oleh anak didiknya. Guru, digugu dan ditiru (dilihat dan ditiru) setiap tindakannya selalu menjadi sorotan dan di copy paste oleh anak didiknya. Jika apa yang dicontohkan itu hal baik, maka anak didik akan melakukan hal baik dan sebaliknya anak didik akan mencontoh tindakan tidak baik jika gurunya mencontohkan hal yang tidak patut untuk ditiru, maka jangan heran jika kita menemui anak didik yang notabene “nakal”, lihatlah sebagian besar ditiru dari gurunya karena waktu yang dihabiskan anak didik lebih banyak di sekolah dibandingkan dirumah. Jadi sebelum melabel seseorang sebagai anak yang nakal, ada baiknya seorang guru yang bijak berkaca, berintrospeksi diri manakala ada sikap yang tidak baik yang pernah dicontohkan secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Benar peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Semua yang dilakukan seorang guru akan terekam jelas dibenak anak didik. Guru yang memiliki sikap sering main tangan atau memukul akan terekam dan akan ditiru oleh anak didiknya, sehingga anak didiknya akan melakukan hal yang sama pada temannya karena menurut mereka apa yang mereka lihat adalah tindakan yang wajar dan jangan salahkan anak didik kita jika tumbuh menjadi anak yang kasar. Adapun sebuah kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan guru, yaitu suka memaki dengan kata-kata negatif. Seorang guru harusnya mampu memberikan suntikan-suntikan kata positif kepada anak didiknya, memberikan motivasi sehingga terdoronglah semangat anak didik untuk terus berusaha melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Seorang guru haruslah mampu meningkatkan bakat anak didiknya bukan malah asik menjatuhkan dan memaki, karena dari sanalah akan tercetak anak didik yang percaya diri, memiliki motivasi yang kuat, tekun belajar dan yang paling baik anak didik akan menjadi anak yang dapat menghargai dan memiliki rasa kasih sayang.


Rasa ingin tahu dan ingin mencoba yang dimiliki anak didik sangatlah besar. Berawal dari rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba, fenomena dahsyat dimulai, jumlah perokok saat ini paling banyak dilakukan oleh pelajar. Jangan heran, meningkatnya jumlah pelajar yang mengkonsumsi rokok diakibatkan oleh guru yang memberikan contoh tidak baik. Banyak guru yang merokok di lingkungan sekolah, dengan asiknya sang guru yang seharusnya memberikan teladan baik justru memberikan contoh yang menjerumuskan. Ada andil guru dari apa yang dilakukan anak didik, apa yang dilakukan guru akan tercermin pada diri anak didik. Jadi, alangkah bijaknya seorang guru berpikir ulang untuk memarahi anak didiknya atas kenakalan yang dilakukan karena sebenarnya sikap anak didik adalah refleksi dari sikap guru. Maka renungknlah “Masih adakah Penanaman Pendidikan Karakter di sekolah?”
Jika guru menginginkn anak didiknya baik maka jadilah teladan yang baik untuk mereka, berilah contoh yang baik agar dapat tertanam dan dicontoh oleh anak didik. Selamat mengukir hal-hal baik untuk anak didikmu.    Wahai guru, profesimu amatlah mulia maka bersikaplah sebagaimana mestinya, menjadi guru yang mampu diteladani oleh anak didiknya, karena guru adalah aset untuk mencerdaskan anak bangsa dan dari gurulah semua berawal. Guru berkarakter akan melahirkan anak didik yang berkarakter dan Indonesia ada dalam genggaman.

No comments:

Post a Comment