Medali Emas untuk Kedua Orangtua

Mega Puspita Handayani (17) langsung bersorak senang. Bendera berwarna merah, warna yang sama dengan posisi ia ditempatkan dalam kategori Tarung Kelas B Putri tingkat SMA untuk cabang Pencak Silat, diangkat oleh tiga dari lima juri yang menilai. Itu artinya, Mega berhasil mengungguli lawan tandingnya yang berasal dari Sulawesi Selatan dan berhak atas medali emas dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2014. Cabang ini dipertandingkan di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Jakarta, Kamis (19/06/2014) yang telah memasuki babak final.

Mega mengaku akan mempersembahkan medali emas itu kepada kedua orangtuanya. Medali itu sebagai bukti bahwa keputusannya menekuni seni bela diri pencak silat, yang awalnya ditentang orangtuanya, berhasil membuat mereka bangga. “Awalnya mereka tidak suka dengan pilihan saya mempelajari pencak silat. Tapi, melihat saya berprestasi di bidang ini, akhirnya mereka mendukung juga langkah saya,” ucap putri pertama dari tiga bersaudara ini.



Langkah Mega untuk sampai ke tahap ini memang tidak mudah. Sebelum dikirim ke tingkat nasional, ia harus berlatih intensif selama berbulan-bulan. Hampir tidak ada waktu untuk bersantai. “Latihan pagi, siang, sore, sampai malam,” katanya. Tapi Mega tidak mengeluh dengan padatnya jadwal latihan. Itu karena dirinya sudah menyukai olahraga ini.

Gadis yang lahir di Bandar Lampung, 15 Mei 1997 ini menjelaskan, sebelum menekuni pencak silat, ia aktif di olahraga basket. Namun, saat memasuki tingkat sekolah menengah, ketertarikan Mega pada pencak silat mulai muncul.

Menurutnya, pencak silat yang merupakan budaya asli masyarakat Indonesia harus dilestarikan oleh generasi muda. Selain itu, kata Mega, sebagai seorang perempuan ada baiknya membekali diri dengan bela diri, untuk berjaga-jaga jika ada situasi yang mengancam. Memang pernah punya pengalaman buruk soal ini? “Nggak pernah sih. Saya hanya merasa perlu mempelajari bela diri ini,” ujarnya sambil tersenyum

No comments:

Post a Comment