Asa Cemas Kurikulum 2013

Seperti halnya membangun sistem teknologi informasi, saya mengibaratkan pendidikan itu sama layaknya harus memiliki perangkat seperti hardware(Sarana-prasarana),software (Kurikulum) dan brainware (Guru). Sebelum software diupdate, tentunya pengguna akan mempertimbangkan terlebih dahulu spesifikasi hardware dan brainware untuk keberhasilan instalasi. Jika tidak, sistem akan mengalami “down atau hang” kemudian software tidak dapat digunakan dan bahkan harus di uninstall. Pun demikian dengan sistem pendidikan, pergantian kurikulum yang tidak disertai dengan sarana-prasarana yang optimal, kualitas dan kuantitas guru yang memadai hanya akan menghabiskan energi. Hemat saya, update kurikulum adalah masalah yang penyelesaiannya menjadi prioritas akhir. Masalah sarana-prasarana dan tidak meratanya distribusi guru didaerah menjadi prioritas utama dalam membenahi sistem pendidikan.
Ditinjau dari asal katanya dalam bahasa Latin, currere, kurikulum bisa berarti ’kendaraan’. Jadi, kurikulum bukan merupakan segala sesuatunya dalam suatu sistem pendidikan. Kurikulum merupakan alat mencapai suatu tujuan dan membutuhkan keandaraan penggunanya. Sama seperti kendaraan apa pun, banyak ketidaksempurnaan dalam setiap kurikulum. Dalam perspektif kepentingan bangsa dan negara, kendaraan kurikulum ini akan berfungsi dan berperan baik jika para pelaku dan pemerhati punya kejelasan tujuan dan visi bersama, peta jalan yang benar, serta keandalan dalam pemanfaatan kendaraan.


Pilihan mendukung atau menolak adalah sebuah pilihan yang masing-masing membawa konsekuensi. Ketika kendaraan sudah dipacu untuk melaju, kepentingan peserta didik dan bangsa seyogianya jadi bahan bakar yang menggerakkan. Kritik terhadap Kurikulum 2013 sebenarnya bisa dipilah menjadi catatan perbaikan substansial dan ketidakpuasan terhadap prosedur (misalnya pelaksanaan uji coba, jadwal, dan sebagainya). Dibutuhkan wawasan, kedewasaan emosional, dan kearifan untuk mengolah berbagai kegaduhan dan mengendalikan diri agar para penumpang di dalam kendaraan tidak menjadi bingung dan tersesat.
Kurikulum 2013 akan tetap diberlakukan mulai Juli 2013 meski banyak kalangan masyarakat yang mempertanyakan kesiapan implementasinya. Kurikulum pun tidak perlu diuji coba karena merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Perubahan kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013, menuai banyak pro-kontra dalam implementasinya. Masyarakat pendidikan Indonesia menaruh asa pada kurikulum 2013, dilandasi pemikiran bahwa perubahan kurikulum menjadi keniscayaan untuk merespon transformasi zaman dan kebutuhan abad ke-21. Respon positif dan antusiasme masyarakat berharap bahwa sekolah dapat menyiapkan peserta didik menjadi pribadi berkarakter mulia serta punya pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk bisa berpartisipasi dan berkontribusi di masyarakat abad ke-21. Sebaliknya, kecaman dan kritikan dari kalangan kontraposisi bermunculan mulai dari kritikan tajam sampai pada penolakan merupakan ketidakpercayaan terhadap kurikulum 2013.
Keluar dari pro-kontra perubahan kurikulum, Sekolah Guru Indonesia – Dompet Dhuafa tetap terfokus dalam pembinaan guru yang akan di distribusikan ke daerah-daerah pelosok negeri. Saat ini SGI telah meluluskan 4 angkatan. “SGI angkatan 4 saat ini sedang melaksanakan proses penempatan di daerah pelosok negeri yang sebelumnya telah kami bina selama 6 bulan di SGI” Ujar Shirli Gumilang

No comments:

Post a Comment