Pengadaan Seragam Sekolah Disesuaikan Kemampuan Siswa

Jelang Tahun Pelajaran 2014/2015, ritual Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berbarengan dengan keluarnya Permendikbud No. 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Bagi Peserta Didik. Permendikbud ini mengatur seragam nasional bagi peserta didik dari jenjang SD hingga SMA/SMK.


Kepala Informasi dan Humas Kemdikbud, Ibnu Hamad, mengatakan, peraturan baru tentang seragam ini merupakan penyempurnaan peraturan seragam sekolah sebelumnya, yaitu SK Dirjen Dikdasmen No. 100 tahun 1991. Salah satu perubahan yang tercantum dalam  permendikbud ini adalah penambahan badge merah putih ukuran 5 cm x 3 cm di dada sebelah kiri (di atas saku baju). Sedangkan untuk badge nama siswa dan nama sekolah sama seperti sebelumnya.

“Di Permendikbud ini diatur semangat nasionalisme dengan ditambah lambang merah putih. Dengan lambang merah putih siswa menjadi sadar bahwa dia warga negara yang semangatnya merah putih, sehingga ada ikatan persaudaraan selaku warga negara,” kata Ibnu dalam gelar wicara bersama Radio RRI Pro 3, Senin (23/06/2014), di kantor Kemdikbud, Jakarta.

Ibnu mengatakan, dengan keluarnya Permendikbud tentang seragam ini siswa harus menyesuaikan seragam lama dengan menambahkan badge merah putih tersebut. Namun demikian, Ibnu mengimbau sekolah untuk memberi waktu kepada siswa untuk mempersiapkan kelengkapan seragam.

“Jangan sampai ketika siswa dinyatakan diterima di sekolah tersebut langsung diwajibkan membeli seragam, sesuaikan dengan kemampuan, beri mereka waktu untuk mempersiapkan,” katanya.

Meskipun hanya penambahan badge merah putih, kata Ibnu, sekolah tetap tidak boleh memaksa siswa memakai seragam lengkap di hari pertama sekolah. Ibnu mencontohkan, di SMAN 70 Jakarta, siswa diberi waktu untuk melengkapi seragamnya hingga awal September. Bahkan, bagi siswa yang betul-betul tidak mampu bisa lapor ke kepala sekolah untuk dibantu pengadaan seragam tersebut.

Dibenarkan oleh Kepala SMA N 70, Endang Hidayat, di sekolah yang ia pimpin tidak mewajibkan siswa memakai seragam baru ketika hari pertama masuk. Siswa diberi waktu yang cukup panjang untuk melengkapi seragamnya. “Permendikbud ini hanya menguatkan apa yang sudah kami lakukan selama ini. Dalam seminggu, seragam nasional hanya diberlakukan dua hari. Karena juga harus mengakomodir kepentingan yang lain,” katanya.

Ibnu menambahkan, selain badge merah putih, yang dimaksud dalam Permendikbud no. 45 ini adalah hak penggunaan kerudung (jilbab) atas dasar keagamaan bagi para siswi. Di Permendikbud ini diatur bagaimana siswi bisa mendapatkan haknya sebagai warga negara untuk mengekspresikan keagamanannya. “Siswi yang ingin memakai kerudung dibolehkan, dan yang tidak ingin tidak boleh dipaksakan,” terangnya

Jambore Sanitasi Sejalan dengan Kurikulum 2013

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mendukung penuh acara Jambore Sanitasi yang diselenggarakan setiap tahun oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum. Kegiatan-kegiatan dalam Jambore Sanitasi dinilai sejalan dengan konsep Kurikulum 2013.

Mendikbud menjelaskan, dalam Kurikulum 2013, yang menjadi objek pembelajaran adalah fenomena alam, fenomena sosial dan fenomena seni budaya. Karena itu dalam Kurikulum 2013, kepada peserta didik ditekankan untuk terbiasa melakukan observasi atau pengamatan. Sanitasi, tutur Mendikbud, terkait dengan air, kebersihan, kesehatan, dan pendidikan.

Percetakan Diberi Tiga Pilihan Mekanisme Pembayaran Buku

Penyedia buku Kurikulum 2013 diberikan tiga pilihan mekanisme pembayaran buku untuk mempermudah mendapatkan kepastian pembayaran buku yang dicetak dan dikirim ke sekolah pemesan. Ketiga pilihan mekanisme pembayaran tersebut dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pembayaran kepada penyedia yang ditetapkan melalui proses lelang oleh Lembaga Kebijakan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk pengadaan buku Kurikulum 2013.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Thamrin Kasman saat menjadi narasumber dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (20/06/2014) oleh Pusat Informasi dan Humas. Kegiatan tersebut diikuti oleh anggota Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) dan pimpinan organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, seperti Lembaga Pendidikan  Ma’arif Nahdatul Ulama (NU), Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah, serta Yayasan Pendidikan Pangudi Luhur.

Seragam Sekolah Hilangkan Perbedaan

Keberadaan seragam di sekolah-sekolah seluruh tanah air menjadi salah satu tanda kebersamaan di antara para siswa. Dengan adanya seragam, siswa tidak saling menunjukkan status ekonomi maupun kelas sosialnya. Dengan seragam ini pula, siswa diajak untuk menuju kepantasan etika dan estetika, bukan mode.

Sekolah Indonesia Mekah Mulai Beroperasi Lagi

Sekolah Indonesia Mekah (SIM) mulai melakukan kegiatan belajar mengajar lagi. Sekolah yang berdiri sejak 17 Juli 2000 ini sempat berhenti beroperasi karena belum memiliki rekomendasi penetapan kelayakan gedung sekolah dari kantor Baladiyah (Pemerintah Kota) Mekah.

Namun demikian, berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Mekah pada 17-07-1435H atau bertepatan dengan 13 Mei 2014 ini, SIM diizinkan melakukan berbagai kegiatan pendidikan. Surat bernomor 350077973 tersebut menjadi dasar SIM untuk dapat melakukan kegiatan belajar mengajar, ulangan umum kenaikan kelas, dan penerimaan murid baru di gedung baru.

Rapor Online, Inovasi Kota Surabaya Permudah Implementasi Kurikulum 2013

Dinas Pendidikan Kota Surabaya menginisiasi penggunaan rapor online dalam penilaian Kurikulum 2013. Inisiatif ini bentuk komitmen kota Surabaya dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

Inovasi rapor online ini pertama kalinya dilakukan di Indonesia yang diterapkan mulai dari jenjang SD hingga SMA/SMK. Inisiasi inovasi ini awalnya dilakukan dengan memetakan persoalan-persoalan apa saja yang terjadi di lapangan. Hasilnya secara garis besar ada pada proses pembelajaran, cara memberikan penilaian, dan bagaimana cara melaporkan penilaian tersebut mengingat dalam Kurikulum 2013 dituntut authentic assessment yaitu memotret senyata-nyatanya penilaian peserta didik.

"Tidak mungkin dilakukan secara manual atau parsial. Harus seperti film, melihatnya terus menerus. Sehingga tidak cukup hanya penilaian di tengah atau akhir semester saja. Itu tidak cukup otentik," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan, ketika ditemui di Surabaya (23/06/2014).

Dukung PPDB 2014/2015, Pustekkom Kemdikbud Sediakan Layanan PPDB Online untuk 29 Kabupaten/Kota

Mekanisme Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi kewenangan pemerintah daerah masing-masing, baik pemerintah kabupaten maupun kota. Namun dalam upaya mendukung Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, khususnya Pasal 74 (ayat 1 dan 2) dan Pasal 82 (ayat 1 dan 2) tentang Penerimaan Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Dasar/Menengah yang objektif, transparan, dan akuntabel, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) mendukung pelaksanaan PPDB dengan menyediakan layanan PPDB Online untuk tahun pelajaran 2014/2015.

Pelatihan Guru Sasaran, Mendikbud: ‘Tangan Halus’ Guru Siapkan Kompetensi Siswa Jawab Tantangan 2045

Peran besar guru dalam Kurikulum 2013 adalah menyiapkan kompetensi peserta didik. Kompetensi yang diharapkan adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang baik.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, mengatakan, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar. Di 2045, anak-anak yang dididik oleh guru saat ini akan menjadi pemimpin Indonesia. “Sehingga, tangan halus dari bapak dan ibu guru inilah yang mempersiapkan kompetensi anak-anak yang bisa menjawab tantangan 2045,” kata Mendikbud saat memberi arahan kepada 425 guru sasaran yang sedang dilatih di LPMP Sulawesi Selatan, Rabu (25/06/2014).

Mendikbud mengatakan, anak-anak yang sekarang berada di bangku sekolah, dalam 35 tahun ke depan harus mempunyai keterampilan, sikap, dan pengetahuan secara utuh. Karena menurut World Economic Forum, Indonesia masuk dalam 10 besar dunia dalam kemajuan ekonomi. Dengan Kurikulum 2013 ini, kata dia, pendidikan dirancang untuk mempersiapkan anak-anak kreatif di tahun 2045. Kreativitas, dua per tiga bagiannya bisa didapatkan dari pendidikan. Berbeda dengan kecerdasan yang justru sebagian besar dari genetik yang diturunkan.

Percetakan Diberi Tiga Pilihan Mekanisme Pembayaran Buku

Penyedia buku Kurikulum 2013 diberikan tiga pilihan mekanisme pembayaran buku untuk mempermudah mendapatkan kepastian pembayaran buku yang dicetak dan dikirim ke sekolah pemesan. Ketiga pilihan mekanisme pembayaran tersebut dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pembayaran kepada penyedia yang ditetapkan melalui proses lelang oleh Lembaga Kebijakan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk pengadaan buku Kurikulum 2013.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Thamrin Kasman saat menjadi narasumber dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (20/06/2014) oleh Pusat Informasi dan Humas. Kegiatan tersebut diikuti oleh anggota Forum Wartawan Pendidikan (Fortadik) dan pimpinan organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, seperti Lembaga Pendidikan  Ma’arif Nahdatul Ulama (NU), Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah, serta Yayasan Pendidikan Pangudi Luhur.

Seragam Sekolah Hilangkan Perbedaan

Keberadaan seragam di sekolah-sekolah seluruh tanah air menjadi salah satu tanda kebersamaan di antara para siswa. Dengan adanya seragam, siswa tidak saling menunjukkan status ekonomi maupun kelas sosialnya. Dengan seragam ini pula, siswa diajak untuk menuju kepantasan etika dan estetika, bukan mode.

“Pada dasarnya seragam itu baik. Dengan seragam, ada standar yang menghilangkan perbedaan di antara para siswa, tidak ada kelas-kelas sosial,” demikian disampaikan Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud, Ibnu Hamad, dalam gelar wicara dengan radio RRI Pro 3, di kantor Kemdikbud, Senin (23/06/2014).

Seperti diketahui, seragam nasional setiap jenjang pendidikan memiliki ciri warna masing-masing. Untuk SD putih merah, SMP putih biru, dan SMA putih abu-abu. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Bagi Peserta Didik pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, ada penambahan badge merah putih di atas saku kiri di masing-masing seragam siswa.

Sekolah Kawasan, Solusi Masalah Masyarakat Hindari Kemacetan

Sekolah Kawasan di kota Surabaya ternyata mampu menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Implikasi adanya sekolah berkualitas di pusat kota adalah pada jam tertentu ada pergerakan manusia menuju pusat kota sehingga berdampak pada kemacetan.

Tim Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Martadi, mengatakan, walaupun pendidikan gratis tetapi ternyata peserta didik yang tinggal jauh dari sekolah menghabiskan 600-800 ribu rupiah per bulan untuk biaya transportasi. Di sisi lain, sekolah-sekolah yang berada di wilayah lain tidak berkembang.

“Inilah yang menyebabkan pendidikan berbiaya tinggi, sehingga pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan Kota Surabaya berinovasi membuat Sekolah Kawasan,” kata Martadi saat dijumpai di Surabaya, Senin (23/06/2014).

Martadi mengatakan, setelah tiga tahun berjalan dirasakan ada dampak positif dari pembentukan Sekolah Kawasan. Misalnya, perekonomian masyarakat sekitar Sekolah Kawasan berkembang, perumahan bertumbuh subur, pergerakan manusia ke kota mereda, termasuk mengurangi kemacetan dan inefisiensi di jalan.

Tidak hanya itu, kata Martadi, Sekolah Kawasan dituntut juga untuk memaksimalkan potensi lokal diluar potensi akademik. Ia mencontohkan, SMP 26 Surabaya memaksimalkan fungsi tambah disekitar sekolah untuk proses belajar, seperti warung apung, peternakan ikan, sehingga bisa menginspirasi kawasan lain untuk berinovasi dengan potensi lokal yang ada.

Bahkan lebih teknis, kepala SMA 16, Sudarminto, menerapkan kiat-kiat dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan sebagai salah satu Sekolah Kawasan di timur Surabaya baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didiknya.

Sudarminto memulainya dengan membangun kultur sumber daya manusia melalui penataan staf berbasis sistem. "Seluruh komponen sekolah diberdayakan secara bergiliran. Guru dibagi 9 kelompok untuk secara bergantian menangani proses pembelajaran mulai dari penerimaan peserta didik baru hingga pendampingan proses menuju perguruan tinggi," jelasnya.

PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU PNSD TRIWULAN 1 TAHAP II, CARRY OVER 2010-2013 SERTA TAMBAHAN PENGHASILAN (TAMSIL) GURU PNSD BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK

Kepada Guru terlampir,

Berikut kami sampaikan informasi penyaluran:
1. Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah periode Triwulan 1 Tahap II Tahun Anggaran 2014.
2. Carry Over (Kurang Bayar) Guru PNSD Tahun 2010-2013.
3. Tambahan Penghasilan (TAMSIL) Guru PNSD periode Triwulan 1 Tahun Anggaran 2014

Saat ini penyaluran sedang dalam proses. Silahkan cek pada Minggu Keempat bulan Juni 2014.

Jika terdapat perbedaan rekening diharap segera lapor ke Bidang PPTK.
Demikian informasi kami sampaikan. Terima kasih.

DOWNLOAD DAFTAR PENERIMA TPG PNSD TRIWULAN 1 TAHAP II
DOWNLOAD DAFTAR PENERIMA CARRY OVER TPG PNSD TAHUN 2010-2013
DOWNLOAD DAFTAR PENERIMA TAMSIL TRIWULAN 1

DATA PTK PER JUNI 2014

Berikut kami sampaikan Data PTK Per Juni 2014

DOWNLOAD DATA PTK PER JUNI 2014

DOWNLOAD FORMULIR PTK BARU DAN FORMAT REVISI PTK
FORMULIR ONLINE BAGI PTK BARU

Bagi PTK baru harus mengumpulkan Formulir PTK Baru secara tertulis sesuai format dan mengisi Formulir Online.

Tuna Rungu Tak Halangi Muhamad Berprestasi Jadi Atlet

Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2014 tingkat SMA Luar Biasa (SMALB) telah berakhir kemarin, (18/06/2014). Meski memiliki keterbatasan fisik, ratusan peserta O2SN tingkat SMALB telah memperlihatkan semangat dan prestasi mereka selama mengikuti lomba. Salah satunya Muhammad Farid Saleh, siswa tuna rungu peraih Juara I cabang Lompat Jauh.

Muhamad berhasil mencapai jarak terjauh dalam lompatan ketiganya, sejauh 6,08 meter. Pada lompatan pertama, dia mampu melompat sejauh 5,75 meter, sedangkan pada lompatan kedua didiskualifikasi.

Siswa kelas 2 dari SLB ABCD Muhammadiyah, Palu, Sulawesi Tengah itu berhasil mengalahkan dua pesaing terberatnya, yaitu peserta dari Lampung yang meraih Juara II dengan lompatan sejauh 5,83 meter dan dari Aceh yang akhirnya meraih Juara III dengan lompatan sejauh 5,77 meter.

“Tahun kemarin (O2SN) yang di Kalimantan ikut juga, tapi tidak masuk final,” ujar Fadli, guru olahraga yang mendampingi Muhamad dalam O2SN.  Ia mengatakan, Muhamad memiliki semangat yang tinggi dalam berprestasi, khususnya dalam bidang olahraga. “Semangatnya yang saya salut,” puji Fadli.

Medali Emas untuk Kedua Orangtua

Mega Puspita Handayani (17) langsung bersorak senang. Bendera berwarna merah, warna yang sama dengan posisi ia ditempatkan dalam kategori Tarung Kelas B Putri tingkat SMA untuk cabang Pencak Silat, diangkat oleh tiga dari lima juri yang menilai. Itu artinya, Mega berhasil mengungguli lawan tandingnya yang berasal dari Sulawesi Selatan dan berhak atas medali emas dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2014. Cabang ini dipertandingkan di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Jakarta, Kamis (19/06/2014) yang telah memasuki babak final.

Mega mengaku akan mempersembahkan medali emas itu kepada kedua orangtuanya. Medali itu sebagai bukti bahwa keputusannya menekuni seni bela diri pencak silat, yang awalnya ditentang orangtuanya, berhasil membuat mereka bangga. “Awalnya mereka tidak suka dengan pilihan saya mempelajari pencak silat. Tapi, melihat saya berprestasi di bidang ini, akhirnya mereka mendukung juga langkah saya,” ucap putri pertama dari tiga bersaudara ini.

Mendikbud: Perhatikan Calon Mahasiswa yang Miliki Kesulitan Ekonomi

Menjelang pendaftaran mahasiswa baru, Mendikbud Mohammad Nuh berpesan kepada para pimpinan PTN untuk memberikan perhatian secara khusus bagi para calon mahasiswa yang memiliki kesulitan ekonomi namun secara akademik memenuhi persyaratan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Mendikbud menegaskan agar jangan sampai calon mahasiswa tersebut tidak bisa melanjutkan kuliah karena persoalan biaya.

“Buka posko informasi untuk memberikan jalan keluar untuk mereka yang mengalami kesulitan dari sisi pembiayaan. Banyak cara untuk memberikan kesempatan untuk adik-adik kita yang tidak mampu namun secara akademik memenuhi persyaratan. Apapun kebijakan itu selama untuk memberikan fasilitas kepada anak-anak tidak mampu, Kemdikbud memberikan dukungan penuh,” ujarnya dalam pelantikan pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tadi pagi, Kamis (19/06/2014), di Jakarta.

Perguruan tinggi, katanya memiliki implikasi yang sangat luar biasa. Implikasi pertama, apabila perguruan tinggi tidak mampu memberikan bekal kompetensi yang memadai bagi peserta didik, maka konsekuensinya adalah masyarakat  yang akan menanggung beban, karena setelah selesai perguruan tinggi, mahasiswa akan kembali ke masyarakat.

TEKNIK HITUNG CEPAT: Kuadrat Bilangan Dua Digit yang satuannya 5

Teknik perhitungan praktis ini sih sudah lama bergentayangan di masyarakat, terutama di kalangan siswa di sekolah. Bukannya mengangkat yang basi, tapi saya disini hanya berupaya menjelaskan jaminan keberlakuannya.
Penjelasan yang coba dipaparkan berkaitan dengan dasar penemuan rumus. Apakah anda tahu, ternyata teknik perhitungan dihasilkan dari aljabar. Yah, aljabar, yang kata orang njelimet.
Nah, ini intinya. Dengan cinta terhadap aljabar kita akan mampu menghasilkan teknik-teknik perhitungan yang cukup berguna.
Bentuk-bentuk perkalian suku dua dalam aljabar dapat dimanfaatkan untuk menemukan perhitungan praktis perkalian. Banyak buku yang membahas teknik perkalian praktis (cepat) namun tidak banyak membahas asal muasal perhitungan. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menuangkannya pada blog ini.
*****
Seyogyanya kita akan cukup puas bila dengan cepat menentukan hasil 752 atau 952. Namun, jika tidak ditemani oleh kalkulator atau kertas sebagai coretan tentu kesulitannya cukup besar. Apalagi saya yang IQ nya jongkok bin tiarap. Kalau memaksakan diri, bisa-bisa otak ini meledak.
Dalam kasus perhitungan bentuk ini, pengkuadratan suku dua dapat sebagai jalan keluar yang praktis. Perhatikanlah langkah berikut.
Misalkan bilangan puluhan tersebut adalah (P5).

PEMBAHASAN SOAL KOMPETISI MATEMATIKA: PASIAD, OLIMPIADE, DAN ASTRAMATIKA TINGKAT SD DAN SMP

Dalam rangka ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan matematika di Indonesia, penulis mempersembahkan kumpulan tulisan pembahasan soal-soal kompetisi matematika, seperti PASIAD dan Olimpiade Sains Nasional (OSN).

Sebelumnya penulis memohon maaf karena tidak dapat membagikan isi kumpulan naskah tulisan yang tercantum di bawah ini dengan gratis serta saat ini hanya dapat menjual softcopy naskah-naskah tersebut.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah memberikan saran dan kritik. Selain itu dalam naskah-naskah tulisan ini penulis telah memperbaiki tampilan-tampilan yang tidak perlu. 

Adapun softcopy naskah-naskah yang dijual beserta harganya adalah sebagai berikut:

KOMPETISI PASIAD TINGKAT SD/MI dan SMP/MTs

MATEMATIKA: Apakah Menata atau Merusak Penalaran?

Penulisan artikel ini dilatarbelakangi oleh kerisauan penulis yang mencintai matematika. Kerisauan penulis terjadi karena adanya anggapan terhadap matematika dari para siswa yang tidak menyukai matematika. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa matematika itu hanya sebuah pekerjaan di atas kertas. Mereka berkilah bahwa matematika itu tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari selain kegunaannya dalam berhitung. Hal ini terjadi karena kebanyakan masalah-masalah yang mereka temui dalam kehidupan tidak ada rumusnya dalam matematika.
Penulis tidak menyalahkan anggapan dari para siswa tersebut, tetapi tidak pula membenarkannya. Untuk itu, penulis akan menyodorkan sedikit argumen untuk membahas masalah di atas.
Sebelum melanjutkan diskusi, ada baiknya kita melirik terlebih dulu maksud pemerintah memasukkan pelajaran matematika di sekolah. Sesuai dengan dokumen Standar Isi dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar dengan maksud untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan berpikir seperti yang disebutkan di atas erat kaitannya dengan kemampuan bernalar. Oleh karena itu, jika kita berpedoman pada maksud di atas, tentunya siswa yang mempelajari matematika maka akan memperoleh kemampuan bernalar yang baik.

ALGORITMA BERBAHAYA BAGI PENALARAN SISWA

Fenomena maraknya kemunculan cara-cara cepat untuk menyelesaikan soal-soal matematika menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pendapat yang kontra biasanya dari kalangan pendidik matematika yang memegang teguh akan pentingnya konsep. Mereka menyatakan bahwa sebenarnya cara cepat merupakan pembodohan bagi siswa. Dikatakan pembodohan karena cara cepat menghilangkan konsep-konsep matematika. Padahal konsep-konsep itu diperlukan oleh siswa untuk mempelajari materi matematika di jenjang selanjutnya.

Sedangkan yang pro terhadap cara cepat menyatakan bahwa kebanyakan siswa tidak memahami dengan baik matematika. Begitu banyak rumus yang perlu siswa hapal dan sulitnya bagi mereka memahami langkah-langkah penggunaannya. Kalau dibiarkan maka dapat dipastikan nilai ujian mereka rendah.

Terlepas dari kedua pendapat di atas, kita menyadari bahwa konsep matematika itu penting namun pembelajarannya di sekolah saat ini lebih banyak menekankan pada rumus dan urutan langkah pengerjaan (algoritma). Siswa-siswa kebanyakan hanya diajarkan untuk mengingat rumus dan menggunakannya dalam urutan langkah-langkah yang harus diikuti. Mungkin kalau pembaca pernah mengenyam matematika di sekolah tentunya pernah mengalami dan merasakannya. Ingat rumus dan ingat langkah menggunakannya.

Level pertanyaan untuk mendorong penalaran siswa

Untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa, seyogyanya guru tidak hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang bersifat mengingat kembali tentang sesuatu atau prosedur matematika (pertanyaan yang levelnya rendah). Melainkan juga seharusnya melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir, bernalar dan menjelaskan pengetahuannya (pertanyaan yang levelnya tinggi).
Misal pertanyaan yang levelnya rendah seperti berikut:

“apakah nama dari bangun ruang ini (sambil menunjukkan benda atau gambar bangun ruang)?”.

Pertanyaan di atas hanya menguji kemampuan ingatan siswa. Coba anda bandingkan dengan pertanyaan ini:

”Bagaimanakah kamu menjelaskan bentuk bangun ruang ini kepada temanmu melalui sebuah telpon sehingga temanmu dapat menggambarkannya kembali dengan benar?”.

Pertanyaan di atas akan mendorong siswa untuk menjelaskan pengetahuannya sehingga tidak hanya sekedar menyebutkan nama tetapi juga meningkatkan penalaran ruangnya.
Perhatikan juga pertanyaan berlevel rendah berikut ini:

Apakah 0,9999999… merupakan bilangan bulat?

Setelah dari pasar membeli ikan dan sayuran, saya dan 4 teman kos berkumpul di dapur untuk membuat sarapan. Saat bersama di dapur muncul diskusi dan perdebatan tentang berbagai konsep matematika. Salah satunya tentang 0,9999999...
Awalnya salah satu teman melemparkan sebuah pendapat bahwa antara dua bilangan rasional pasti ada sebuah bilangan rasional. Berapapun kedua bilangan itu.
Kemudian salah satu temanku bertanya.....”apakah antara 0,9999999... dan 1 terdapat sebuah bilangan rasional?
Temanku itu jadi terdiam. Tapi bukan diam biasa melainkan berpikir keras.
Aku yang tadinya cuma memotong-motong sayur jadi berhenti karena tertarik pada topik diskusi di atas. Lalu aku bertanya, ”apakah 0,9999999... itu kurang dari 1?” Kemudian aku melanjutkan...........
”secara teoritis, kita dapat mengubah 0,9999999... menjadi 1 melalui cara merasionalkan.”
Aku diam sejenak.....

Trick Memahami Pelajaran di Sekolah

Setiap manusia memiliki kemapuan yang berbeda-beda dalam menerima semua untuk masuk ke dalam memori otak. Kadang ada yang dengan sekali mempelajari bisa langsung mengerti, kadang juga ada yang harus lebih dari sekali untuk dapat mengerti, dan bahkan diulang-ulang sekalipun tak juga mengerti engan apa yang didengar dan diperhatikan. tapi, itulah adanya manusia, diantara berjuta manusia pasti ada kelebihan dan kekurangan.

sebenarnya....
simpel aja alasan nya knapa sulit menerima pelajaran tersebut. yaitu 5 huruf saja "MALAS". Nah, kalo kita sebagai manusia ingin menggapai apapun yang kita inginkan, kita harus berusaha lagi dan lagi agar dapat terwujud apa yang diinginkan. begiu juga dengan belajar. usaha yg kita lakukan agar kita mudah memahami pelajaran itu yaitu salah satunya adalah jangan malas.

Baiklah, langsung saja saya uraikan untuk teman-teman semua trik agar mudah emahami pelajaran di sekolah.

1. "Senang", yang paling utama dan yang terpenting agar kita mudah memahami sebuah pelajaran yaitu senangi dulu pelajaran itu. Apabila kita sudah senang dengan pelajaran itu, otomatis otak kita sudah tersugesti untuk mudah membuka sel-sel nya agar menerima setiap kata, kalimat, dan bahkan paragraf yang dibaca, didengar dan yang diperhatikan.

CARA JITU MENGHAFAL PELAJARAN

Dengan tambahan sedikit usaha dan kreatifitas, kita bisa bikin materi pelajaran yang tadinya bikin pusing dan mengesalkanb karena susah dihafal jadi mudah dan menyenangkan. Yeaayy!

Apa gaya belajar kita?
Susahnya mengingat materi pelajaran saat menghafal bisa jadi disebabkan oleh cara belajar kita yang enggak cocok dengan karakter kita. Jadi pertama-tama kenali dulu gaya belajar kita seperti apa. Apakah tipe visual, kinestetik atau audio. Setelah itu pilih cara belajar yang cocok.

Visual learner à lebih mengandalkan mata, lebih cepat mengingat apa yang dilihat. Jadi coba beri highlights buku pelajaran atau catatan kita dengan spidol atau stabilo warna warni. Jadi lebih menarik bagi mata dan mudah diingat.

Kinestetik learner à Selalu merasa suntuk dan lelah kalau duduk diam saat belajar. Jadi coba belajar sambil jalan-jalan keliling rumah. Atau belajar di tama, sambil sekali-kali jalan keliling.

Trik Belajar yang Baik dan Cepat Mengerti

Cara Belajar yang Baik. Bulan-bulan ini merupakan bulan mendekati ujian semester bagi siswa SMP maupun SMA. Tentunya orang tua lebih memperhatikan dan menerapkan cara belajar yang  baik bagi anaknya agar mendapat hasil belajar yang memuaskan. Para guru pun juga senantiasa menghimbau kepada siswa-siswanya untuk lebih meningkatkan belajarnya agar siswa bisa mengerjakan ujian semester dengan baik. Tentunya dengan memberikan tips cara belajar yang baik.
Berangkat dari cara belajar yang baik, saya mencari beberapa tips cara belajar yang baik di beberapa forum yang memberikan berbagai tips cara belajar untuk anak. Salah satunya pendapat dari Raka Arda.

Berikut Cara Belajar Yang Baik

Untuk bisa pandai dan pintar pastinya harus giat dan tekun belajar. Bagaimana cara belajar yang baik efektif dan tepat untuk murid/siswa. Kapan waktu yang tepat agar hasilnya juga maksimal.

Setiap orang bisa menentukan sendiri kapan waktu yang paling tepat untuk belajar. Apakah memilih pagi, sore atau mala hari. Semua sesuai dengan kondisi yang ada. Sebaiknya cara belajar yang baik di lakukan setiap hari, walaupun dengan waktu yang tidak lama. Misalnya 1 atau 2 jam setiap hari.
Banyak sekali murid-murid sekolah saat ini belajar ngoyo hanya jika ada ulangan atau ujian. Waktu yang paling tepat untuk belajar bisa di sesuaikan dengan mood dan toleransi tubuh kita. Tidak harus setiap malam. Kalau kita jam 8 atau jam 9 malam sudah merasa mengantuk bisa memilih waktu sore atau sehabis maghrib.
Jadi waktu belajar seseorang memang tidak bisa sama. Yang penting jangan terlalu memaksakan atau memporsir balajar hingga larut malam karena biasanya hasilnya juga tidak akan bisa maksimal.

Berikut Ini Tips Dan Trik Cara Belajar Yang Baik Untuk Menghadapi Ujian

1. Belajar Kelompok

Belajar Tata Surya dengan Animasi



Planetary-benda berukuran skala:
baris Top: Uranus dan Neptunus , baris kedua:bumi , putih kerdil Bintang Sirius B , Venus , baris bawah (direproduksi dan diperbesar dalam gambar yang lebih rendah) - atas: Mars danMerkurius , di bawah ini: dengan Bulan , kurcaci planet Pluto dan Haumea .
Sebuah planet (dari bahasa Yunani πλανήτης αστήρ "mengembara Bintang") adalah benda angkasa yang mengorbit sebuah bintang atau sisa-sisa bintang yang cukup besar untuk dibulatkan oleh sendiri gravitasi , tidak cukup besar untuk menyebabkan fusi termonuklir , dan telah dibersihkan wilayah tetangganya dariplanetisimal . [a] [ 1 ] [ 2 ]
Istilah planet kuno, dengan ikatan sejarah, ilmu pengetahuan, mitologi, dan agama.Planet-planet itu awalnya dilihat oleh budaya awal sebanyak ilahi, atau sebagai utusan para dewa. Sebagai pengetahuan ilmiah maju, persepsi manusia tentang planet berubah, menggabungkan sejumlah objek yang berbeda. Pada tahun 2006,International Astronomical Union resmi mengadopsi resolusi mendefinisikan planet dalam Tata Surya . Definisi ini telah baik dipuji dan dikritik, dan tetap diperdebatkan oleh beberapa ilmuwan. 


Sekilas Info " Cara Memilih HP sesuai Kebutuhan "

Oke, setelah beberapa minggu sibuk akibat banyak pekerjaan. kali ini saya ingin sedikit bercerita tentang cara memilih HP sesuai kebutuhan anda. tak ayal lagi, saat ini memang muncul HP baik dengan merk ternama ataupun merk abal-abal. ada yang dengan spesifikasi tinggi ada yang dengan spesifikasi rendah, ada yang membutuhkan budget tinggi dan ada yang bersahabat di kantong, ditambah lagi dengan sejumlah pilihan-pilihan mulai dari OS (Android, Symbian, iOS, Blackberry) sampai dengan segudang fitur luar biasa. karena banyaknya tipikal yang ada saya akan membatasi pada beberapa kebutuhan yang umum saja.

Handphone Ter-Aman : seorang teman saya bertanya, “Hud… carikan HP tapi yang fitur security-nya paling lengkap, soalnya saya mau pakai untuk kebutuhan kantor ? masalah harga nomor dua”. mendengar pertanyaan teman saya, langsung saya menanggapi dengan merekomendasikan Blackberry. saat tulisan ini ditulis, Blackberry di klaim sebagai Handphone ter-aman di dunia karena menggunakan Nitro OS. Nitro OS di klaim sebagai Operating System teraman di dunia. Blackberry memberikan layanan untuk melakukan backup otomatis, blocking otomatis hingga pengendalian jarak jauh jika Handphone anda raib dari tangan, selain itu data-data anda di HP yang raib, bisa secara otomatis dihapus agar tidak jatuh ke tangan yang tidak berhak, dan bisa dikemballikan ketika anda membeli Handphone yang baru secara otomatis (Sync).

Handphone dengan Segudang Fitur Gratis : jika anda mencari Handphone dengan segudang fitur, saya sarankan android, karena selain banyak aplikasi yang gratis, Handphone Android memiliki spesifikasi hardware yang cukup tinggi. sehingga cocok bagi anda yang hobi mencoba-coba aplikasi, atau mengoprek-oprek Handphone anda. selain itu di Android banyak game-game gratis yang sayang juga kalau dilewatkan :D.

Handphone untuk Gaya : jika anda membeli Handphone hanya untuk gaya tanpa perlu memperhatikan harganya, silakan mencoba iPhone, entah mengapa banyak orang yang menganggap bahwa iPhone menjadi icon handphone berkelas. tapi jika anda menggunakan iPhone, maka bersiap-siaplah kantong anda banyak yang terkuras, karena selain aplikasinya yang didominasi oleh aplikasi berbayar, untuk aksesoris iPhone sendiri tidak dapat digantikan oleh aksesoris yang lain, jadi harus aksesoris asli dari Apple yang mana harganya juga tidak kalah mahal.

Handphone terkuat di dunia : handphone terkuat di dunia saat ini dimenangkan oleh Nokia Lumia 900 yang mengusung Windows Phone. jika anda  bekerja di tempat-tempat extreme (seperti di pertambangan, pabrik baja, atau bahkan neraka :p) dan menginginkan Handphone dengan kekuatan gila namun tetap trendy anda bisa membeli Handphone satu ini.

Handphone irit battery : jika anda  bekerja di tempat-tempat yang jarang adanya asupan listrik seperti di tengah hutan (jadi Ranger :p), atau ditengah laut (jadi seperti Kapten Jack Sparrow mungkin) maka saya sarankan anda menggunakan Handphone kelas Low End, seperti Handphone monochrome atau handphone jaman jadul dulu. handphone tersebut memiliki ketahanan Battery yang luar biasa. lagi pula jika anda berada pada daerah yang jarang aliran listrik bukankah yang anda butuhkan hanyalah sms atau telpon saja, karena tentu jaringan 3G juga nggak akan ada di tengah hutan.

ok demikian sedikit pertimbangan yang bisa saya sharing bagi siapa saja yang ingin membeli hp sesuai kebutuhan mereka. semua yang saya tulis adalah pendapat pribadi, anda boleh setuju dan boleh tidak setuju. jangan lupa kunjungi tips saya yang serupa. Memilih HP agar tidak menyesal.

- See more at: http://www.goblooge.com/blog/cara-memilih-hp-sesuai-kebutuhan/#sthash.8CvGPTYP.dpuf

Siapa Berani Bayar Guru?

Tulisan ini terinspirasi oleh dua orang tamu yang datang silaturahim ke kantor kami, berbicara tentang nasib seorang guru, baik guru yang sudah “aman” maupun guru yang masih “galau”. Mengingat pepatah lama, “tinggalkan zona nyamanmu, niscaya kau dapatkan kemuliaanmu yang baru”, sungguh pepatah itu sarat makna, malah terkadang menjadi salah satu penyebab mbludaknya warga Jakarta. Namun kali ini saya tidak menyinggung hal-hal populasi seperti itu. Pepatah itu lebih tepatnya menjadi kalimat yang tabu bagi para Guru yang sudah “aman”, kemapanan, tunjangan dan rasa aman masa depan menjadikan sebagaian besar guru emoh mengembangkan dirinya, lalu bagaimana dengan Guru yang masih “galau”? apakah mereka masih terus menggalau? Sampai kapan mereka akan berhenti menggalau?.
Tamu kami kali ini datang jauh-jauh dari Balikpapan, mensinergikan visi dan misi, tertarik dengan profil-profil Mahasiswa kami. Berharap satu, dua ataupun tiga Mahasiswa untuk gabung di sekolahnya. Untuk apa jauh-jauh sebrangi lautan hanya untuk mendapatkan satu atau dua guru untuk sekolahnya. Kalimantan sangatlah luas, Pula Jawa hanya seperdelapannya, untuk mencari seorang Guru, sampai rela ke Pulau Jawa. Kalau kita menelisik lebih dalam, ada apakah gerangan? Apakah stok Guru di Kalimantan sudah habis, ataukah sentralisasi “Jawa” sudah sedemikian kuatnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang.
“kami hanya butuh seorang guru, bukan tukang durian” kalimat itu yang membuat siapapun yang mendengarnya akan tersinggung, nada sinis begitu saja keluar, namun kalimat itu sarat makna, menjadi seorang guru, tidak seperti seorang penjual durian. Menjadi guru dituntut untuk tidak berorientasi pada material, menjadi guru dituntut berpikir fokus kepada siswanya, buka pada honor yang didapatkan tiap bulannya, menjadi guru harus paham posisinya di masyarakat, menjadi teladan yang tidak berorientasi pada kemewahan. Namun siapa yang akan menanggung kesejahteraannya? Pemerintah berusaha menjawabnya dengan sistem sertifikasi guru. Sekali lagi kita melihat, benarkah dengan adanya sertifikasi membuat benar-benar menjadi seorang guru. Akankah sertifikasi manjadi ajang kesejahteraan, profesional atau hanya sebagai tuntutan.

Membangun Brand Sekolah

Pada tahun 1950 an jumlah sekolah yang ada di negara kita ini sangatlah minim, tapi sekarang ribuan sekolah bermunculan dimana-mana, disetiap kecamatan, desa, maupun kampung-kampung terpencil. Bahkan satu desa terdapat 6-8 sekolah.  Pertumbuhan sekolah sangatlah pesat, sekolah negeri maupun suwasta, hal tersebut yang membauat masyarakat merasa kebingungan dimana harus memasukkan anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan. Ada sekolah yang memberikan gratis 100% bagi siswanya, disuport dengan pakaian seragam lengkap bawah atas, ada juga sekolah yang memberikan beasiswa kepada peserta didiknya berbentuk uang saku per bulannya, bahkan ada juga sekolah yang memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan peserta didiknya sampai transportasi antar jemputpun sekolah siapkan.
Tahun ajaran baru merupakan moment yang paling tepat untuk menjadikan sekolah sebagai tempat bermain politik, kepala sekolah sebagai orang yang nomor wahid di lembaga tersebut akan merasa malu apabila sekolah atau madrasahnya tidak diminati oleh masyarakat. sehingga berbagai macam cara dilakukan hanya untuk mendapatkan segelintir murid. Perlu kita ketahui juga, kenapa sekolah berkomptisi mencari murid sebanyak-banyaknya..? Salah satu alasan yang logis adalah apabila kuantitas murid bertambah banyak maka dana BOS pun bertambah banyak pula, begitupun juga dengan tunjangan dana lainnya. Maka tidak heran kalau kita melihat kepala sekolah dan jajarannya menjadikan tahun ajaran baru sebagai moment yang tepat untuk kampanye sekolah, dihiasi dengan berbagai macam atribut-atribut sekolah yang mereka miliki.

Pergilah Ibu Sembahyang, Biar aku Yang Cuci Piring

Tinggal sendiri di rumah dinas memang sangat tidak menyenangkan. Apalagi di pulau, jika malam sudah datang, gelap yang  akan terjadi. Listrik hanya akan ada dari pukul 18.00 WIB sampai 22.00 WIB selebihnya penerangan dari lampu minyak. Lampu minyak yang akan bertahan menyala sampai pagi menjelang. Rasanya ingin naik ke Manggar menyusul Bu Mul (teman guru yang tinggal serumah dengan saya) yang sudah naik ke Manggar dua hari yang lalu karena ada rapat. Naik ke Manggar tentu bukan keputusan yang terbaik karena masih ada jadwal belajar dan guru yang masih tersisa di pulau tinggal saya, Bu Ruaeda, dan Bu Hani.
Alhamdulillah, walaupun saya sendiri, saya tidak pernah merasa kesepian. Ada anak-anak. Ya, ada anak-anak. Merekalah sumber semangat yang membuat saya tidak ingin cepat-cepat naik ke Manggar. Bahkan mereka pulalah yang selalu dapat menahan saya dan membuat saya kadang-kadang malas naik ke Manggar.  Sendiri bukan berarti kesepian. Anak-anak selalu datang ke rumah. Ada saja yang mereka lakukan, sekedar ngobrol, mengerjakan PR, membaca buku, atau berlatih mengetik.  Saya memang sering membawa buku perpustakaan ke rumah untuk bahan bacaan anak-anak  jika sedang bermain ke rumah. Ada sebuah kacamata di rumah. Kacamata yang gagangnya sudah rusak. Kacamata milik Mustaqim yang tertinggal saat dulu berkunjung ke Pulau Buku Limau. Kacamata ini menjadi favorit anak-anak. Mereka sering berebut ingin memakainya. Bahkan anak-anak SMP dan pemuda-pemuda yang main ke rumah sering antri ingin memakainya, hehehee...”Bu, saya ganteng ya bu ya?”, pertanyaan ini yang sering mereka lontarkan ketika memakai kacamata itu.

Asa Cemas Kurikulum 2013

Seperti halnya membangun sistem teknologi informasi, saya mengibaratkan pendidikan itu sama layaknya harus memiliki perangkat seperti hardware(Sarana-prasarana),software (Kurikulum) dan brainware (Guru). Sebelum software diupdate, tentunya pengguna akan mempertimbangkan terlebih dahulu spesifikasi hardware dan brainware untuk keberhasilan instalasi. Jika tidak, sistem akan mengalami “down atau hang” kemudian software tidak dapat digunakan dan bahkan harus di uninstall. Pun demikian dengan sistem pendidikan, pergantian kurikulum yang tidak disertai dengan sarana-prasarana yang optimal, kualitas dan kuantitas guru yang memadai hanya akan menghabiskan energi. Hemat saya, update kurikulum adalah masalah yang penyelesaiannya menjadi prioritas akhir. Masalah sarana-prasarana dan tidak meratanya distribusi guru didaerah menjadi prioritas utama dalam membenahi sistem pendidikan.
Ditinjau dari asal katanya dalam bahasa Latin, currere, kurikulum bisa berarti ’kendaraan’. Jadi, kurikulum bukan merupakan segala sesuatunya dalam suatu sistem pendidikan. Kurikulum merupakan alat mencapai suatu tujuan dan membutuhkan keandaraan penggunanya. Sama seperti kendaraan apa pun, banyak ketidaksempurnaan dalam setiap kurikulum. Dalam perspektif kepentingan bangsa dan negara, kendaraan kurikulum ini akan berfungsi dan berperan baik jika para pelaku dan pemerhati punya kejelasan tujuan dan visi bersama, peta jalan yang benar, serta keandalan dalam pemanfaatan kendaraan.

Enam Bulan Aku Mengeja

Jeritan kakakku makin menjadi-jadi saat pak ustad Mu’min melafadzkan beberapa ayat suci al-Quran di ruang tengah rumahku. Ibuku tampak begitu kerepotan memegangi kepala dan badannya, sementara ayahku dengan sekuat tenaga menahan kakinya yang terus menerus berontak, tak mau berhenti menendang-nendang.
“hei, kamu, mau kamu dilaknat Allah? Hah…?” ustadz Mu’min mencoba menggertak dengan nada keras dan tegas.
“diam kamu! aggghhh….Aggghhh… agghhh!”
“kalau gitu saya bakar kamu ya?!”
Aku begitu panik kala itu, ku coba untuk membantu memegangi kaki dan tangannya, sambil membacakan ayat kursi yang kuhafal sebisanya. Sungguh, kejadian itu benar-benar membuatku gemetar. Aku masih tidak percaya, kejadian itu bisa terjadi di rumahku. Bibirku pun tak henti-hentinya membaca ayat kursi dan berdzikir sambil terus menahan tangannya agar tidak membahayakan yang lain.
Ia mengerang kesakitan, lalu mengejang-ngejang layaknya orang yang terkena penyakit ayan, aku dan kedua orang tua ku pun dengan sekuat tenaga menahan anggota tubuhnya, agar terkendali dan tidak membahayakan ustadz Mu’min. Kepanikanku makin menjadi saat tubuhnya kian kuat memberontak, tenaganya kuat sekali, seperti laki-laki. Tanpa sengaja tangannya yang ku pegang terlepas dan mengenai wajahku, dengan sigap kuraih kembali tangannya dan kucengkram dengan amat kuat. Setelah lima menit berselang, tiba-tiba saja kakakku terkulai lemas dan tertidur. Beberapa saat kemudian ia menangis, dan seolah memaksa sesuatu yang berada di dalam dirinya untuk segera keluar. Ya, kakaku, sudah dua hari lalu kerasukan jin.
“keluar kamu…keluar…! Aku capek!, keluar !”

Pelatihan Pembelajaran Yang Menyenangkan

Alhamdulillah semua suka dan senang. Semoga saja ini menjadi amal kebaikan saya dan teman-teman, Amin.
Ketiga, guru berangapan bahwa PAKEM ataupun tidak, hasilnya sama saja kok? Benarkah? Tentu saja tidak! Di kelas, guru sedang mengajar dan mendidik manusia yang memiliki hati, emosi, akal, dan perasaan. Maka sebisa mungkin, semuanya dibuat nyaman dan menyenangkan!
Kedua, adanya pikiran di benak guru beruba kalimat "Buat apa repot-repot toh walau tidak PAKEM setiap bulan saya tetap mendapatkan gaji"
Pertama, Guru sejak awal sudah merasa tidak bisa. Mereka sudah under estimated dengan kemampuan dirinya dan berkata, "Ah saya nggak bisa PAKEM" Materi dilanjutkan dengan beberapa hambatan yang dihadapi guru dalam melaksanakan PAKEM.
Setelah ice breaking selesai, pelatihan dilanjutkan!
Lagi-lagi guru-guru, semua peserta, senang dan tertawa suka.
Mereka berdiri berbaris dan saling memijit temannya yang ada di depannya. Tak lupa kadang bergerak ke kiri dan ke kanan. Sesuai intstruksi ice breaker.
Setelah nyaris satu jam saya menyampaikan materi, dua sahabat saya sebagai Ice Breaker melakukan tugasnya. Semua peserta diminta berdiri, kemudian mereka bermain "Berlayar ke Pulau Harapan".
Menurut anda, manakah yang baik? Tentu saja PAKEM!
PAKEM adalah suasana belajar yang dianalogikan seperti menanam sebuah pohon atau tanaman. Menciptakan kondisi dan suasana yang mendukung sehingga tanaman yang ditanam akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Berbeda dengan pembelajaran konvensional (ceramah) yang dianalogikan seperti menuangkan air di dalam teko ke gelas. Peserta didik tidak boleh ribut dan dijejali sesuka hati gurunya.

Mengenal Tipe Gaya Belajar

Seringkali kita temui anak sulit kali belajar atau cepat merasa bosan di dalam kelas sehingga anak itu melakukan aktivitas lainnya yang mengganggu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas seperti berlari-lari, beteriak, menggaggu temannya, membuat keributan dan lain-laimn. Lalu kita sebagai guru atau orang dewasa lainnya mencap atau memberikan julukan kepada anak itu pemalas, nakal, pembuat keributan, bandel dan cap yang tidak baik lainnya. Padahal pemberian cap dan stigma negatif yang buruk ke anak akan mempengaruhi psikologi anak ke depannya dan mempengaruhi tumbuh kembangnya dalam pembelajarannya.

Ada dua hal utama yang menjadi sorotan ketika dalam kasus seperti ini. Pertama, ada kesalahan dari guru atau tenaga pendidik dalam menerapkan metode dan cara belajar di dalam kelas Banyak guru yang terjebak dengan keruwetan dan masalahnya sendiri di dalam kelas sehingga siswa-siswi dalam kelas menjadi ajang pelampiasan kemarahannya, tentu ini bukan contoh baik bagi guru. Bagian kedua ialah siswa itu sendiri, siswa tidak pernah salah, mereka merupakan gelas kosong yang siap menerima pembelajaran oleh gurunya di dalam kelas. Terlebih lagi dengan gaya belajar dari tiap anak atau siswa bahkan tiap-tiap orang jelaslah berbeda, ini menjadi tugas utama guru dalam menerapkan metode dan cara yang tepat dalam memberikan kegiatan belajar mengajar di kelas kepada peserta didik.

Oleh sebab itu dalam tulisan kali ini, penulis ingin membahas tipe gaya belajar anak. Tipe gaya belajar anak biasa dikenal ada tiga namun dalam perkembangan dan kenyataannya ada lima. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Kita akan membahas secara intensif tiga gaya belajar anak pada umumnya kita temui sehari-hari, berikut pemaparannya;

Guru Belum Siap Terapkan Kurikulum 2013

RAPAT Kerja Komisi X DPR bidang pendidikanmenandai akhir dari penolakan penerapan kurikulum 2013, Senin (27/5). Dalam rapat yang dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh, mayoritas fraksi di DPR menyetujui kurikulum baru itu dilaksanakan tahun ini.
Meski ditolak banyak pihak, baik dari orang tua siswa, guru, praktisi pendidikan hingga para pakar, namun DPR menyepakati nomenklatur anggaran Kurikulum 2013 terbaru yang diajukan pemerintah senilai Rp 829 miliar. Kurikulum yang dianggap hanya sebatas kepentingan proyek ini akan diterapkan 15 Juli 2013 mendatang pada tahun ajaran baru 2013/2014.

Tahap awal, kurikulum baru akan diterapkan di 6.400 sekolah atau 3 persen dari total sekolah yang ada di Indonesia. Namun, penerapan ini melenceng dari target semula yang mencapai 132.000 sekolah atau 30 persen.

Dari sisi penerapan kurikulum saja, Kemendikbud sudah dianggap tidak matang melakukan perencanaan. Belum lagi menyentuh pada subtansi materi model tematik integratif sebagai jawaban atas krisis akhlak dan karakter bangsa, termasuk kemampuan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum 2013.

Apa sebetulnya alasan dari penolakan kurikulum baru ini? Dan bagaimana Mendikbud Muhammad Nuh menyikapinya dengan bijak? Berikut petikan wawancara wartawan JPNN, M Fathra Nazrul Islam dengan Asep Sapa’at, praktisi pendidikan yang juga Direktur Sekolah Guru Indonesia, Rabu (29/5).


Sudah baca dokumen kurikulum 2013?


Sudah

Penting tidak perubahan kurikulum dilakukan saat ini?


Kurikulum adalah salah satu elemen penentu kualitas pendidikan. Guru yang justru menjadi faktor penentu utama kualitas pendidikan, tak diperhatikan. Belum lagi bicara soal infrastruktur dan kebijakan yang terkesan belum mampu mencerdaskan anak bangsa.

Mendikbud M Nuh yakin, Kurikulum 2013 menjadi jawaban atas krisis akhlak dan karakter bangsa. Menurut Anda?


Kegagalan sistem pendidikan kita baru bicara soal teori, siswa baru tahu ilmu tentang karakter, tapi tak mampu praktikkan karakter. Siswa tak punya waktu untuk terbiasa berperilaku baik dan khilangan figur yang layak diteladani. Simak kasus UN, banyak oknum pengawas-guru-pejabat membiarkan bahkan kondisikan siswa mencontek supaya bisa dikatakan kompeten.

Kata Mendikbud, kurikulum 2013 adalah cara supaya siswa bisa kompeten mengadapi persaingan global. Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Betulkah siswa Indonesia kompeten?

Hafidh Abbas menulis 'Kecenderungan Berbahaya Pendidikan Nasional'. Pertama, Gagal memberi hak paten di seluruh PT (Perguruan Tinggi). Sepanjang tahun 1985-2007, hanya 419 paten dari 4000 PT di Indonesia.

Bandingkan dengan Singapura, 5 PTN dan beberapa swasta, melahirkan 10000 paten. Kedua, Gagal melahirkan anak jujur dan akhlak baik, Indonesia negara paling korup. Ketiga, Gagal meningkatkan kualitas anak bangsa. Simak data UNDP. Keempat, Gagal berperan sebagai kohesi sosial, DPR kisruh, kampus kisruh, dan sebagainya.

Jadi, kurikulum tak terlalu penting diubah saat ini?


Pemerataan akses pendidikan, perbaikan sistem pembinaan guru, dan peningkatan kualitas pendidikan, hal utama yang mesti dibenahi.

Bagaimana Anda melihat perubahan kurikulum pendidikan secara substansi dari KTSP (Kurikulum tingkat satuan pendidikan) ke kurikulum 2013?

Yang berubah dari KTSP ke Kur 2013 terletak pada 4 standar, (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar penilaian.

Standar kompetensi lulusan, adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills & hard skills yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, pengetahuan. Tak ada kebaruan secara substansi, hasil belajar itu memang untuk memberdayakan potensi pengetahuan, sikap, keterampilan secara komprehensif. Nyaris tak ada perubahan scara berarti (antara KTSP dengan kurikulum 2013).

Standar isi, jumlah mata pelajaran ada yang dikurangi dan diintegrasikan, tapi jumlah jam pelajaran bertambah. Terlalu banyak jumlah mata pelajaran jelas berbahaya. Einstein bilang, 'Mengajar anak hanya menghafal pelajaran, tak beda dengan melatih seekor anjing. Terlalu banyak menjejalkan mata pelajaran itu berbahaya. Anak jadi berpikir dangkal. Mereka tak akan jadi Independent Critical Thinker (New York Times, 5 Oktober 1952).

Standar proses, semula terfokus pada Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Belajar tak hanya di kelas, tapi di sekolah dan masyarakat. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tak diajarkan secara verbal, tapi melalui contoh dan teladan. Ini baru sebatas teori, praktik kerja guru di lapangan tak pernah dievaluasi, sehingga guru merasa tak perlu bersungguh-sungguh bersikap kreatif dalam melakukan proses pembelajaran.

Kurikulum 2013 berbasis saintifik, model pembelajaran tematik integratif. Sejumlah praktisi bilang model ini bagus. Menurut Anda?


Tak ada satu pun model pembelajaran terbaik untuk guru-guru. Yang terbaik, yang tepat ditampilkan di tempat yang tepat dan situasi yang tepat. Tak ada satu pun strategi mengajar yang terbaik. Semua tergantung pada situasi dan waktu yang tepat untuk dipraktikkan guru. Sedahsyat apa pun kurikulum berbasis saintifik dengan model tematik integratif, jika tak dipahami dan tak bisa diterjemahkan guru dalam praktik pembelajaran, semua hanya isap jempol. Murid ling lung produknya, bukan murid kompeten, hehe (tertawa).

Konsekuensi kurikulum baru yang mendasar ada pada guru. Apa menurut Anda guru-guru siap mengubah cara mengajarnya?


Hasil survei salah satu media nasional, guru SD dan SMP belum memiliki pemahaman tentang kurikulum 2013. Kelompok guru senior, masa mengajar di atas 24 tahun, hanya 22 persen yang paham kurikulum 2013. Kelompok guru muda, masa mengajar di bawah 8 tahun, 41 persen paham kurikulum 2013. Semakin lama masa kerja guru, tingkat pengetahuan kurikulum semakin rendah. Jika pengetahuan tentang kurikulum rendah, maka guru yang bersangkutan akan bingung bagaimana menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran.

Pemerintah hanya menyiapkan waktu pelatihan 52 jam untuk guru dan 70 jam untuk Kepsek agar menguasai materi ajar sesuai kurikulum 2013. Apa itu cukup?


Sangat tidak cukup. Pelatihan hanya salah satu cara meningkatkan kualitas kompetensi guru. Yang paling krusial adalah proses coaching di saat guru praktik mengajar. Kelemahan guru bisa tampak dan bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melakukan tindak perbaikan.

Sayang, coaching guru yang sistematis, konsisten, dan berkelanjutan tak dijadikan opsi terbaik untuk membina guru. Pelatihan tanpa proses tindak lanjut hasil di kelas, guru hanya sekadar tahu tapi tak paham apalagi mampu mengembangkan ilmu untuk melayani kebutuhan belajar siswa.

Beberapa guru menilai kurikulum 2013 mengkebiri kreativitas mereka karena semua sudah disiapkan. Berbeda dengan KTSP yang memberi ruang kreatifitas pada guru menyiapkan silabus. Apa Anda sependapat?


Dalam kurun waktu 40 tahun, perubahan kurikulum kita bersifat luas. Sifatnya top down dan mengubah struktur-materi pelajaran. Dampaknya langsung dirasakan murid, sekolah, orangtua, stakeholders pendidikan lain. Guru tak pernah diberi ruang untuk berkreasi, bahkan sekadar menyampaikan ide masukan perbaikan kurikulum. Kalau guru selaku eksekutor kurikulum di kelas tak didengarkan masukannya, eh apa kata dunia.

Kurikulum 2013 akan diterapkan di sekolah eks RSBI, Sekolah Standar Nasional dan Terakreditasi A. Artinya gurunya berkualitas, fasilitasnya lengkap dan tingkat keberhasilannya besar. Bukankah sebaiknya diterapkan secara reliabel di semua perwakilan sekolah. Ya sekolah unggul, sekolah reguler, sekolah tertinggal, maupun sekolah pelosok, sehingga bisa diukur tingkat keberhasilannya.

Ini cara pemerintah untuk bermain 'aman'. Nanti mereka bisa bilang, tuh kan berhasil Kurikulum 2013. Ya iya lah, sistem di sekolah project sadah mapan, kualitas kurikulum 2013 jelas-jelas tak bisa diuji kualitasnya. Kurikulum 2013 dikatakan berhasil jika membangun pola kerja yang berorientasi 'best process'. Artinya, Kurikulum 2013 cukup adaptif diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia.

Kalau dikaji secara mendalam. Apa sih masalah dunia pendidikan kita, kurikulumnya, gurunya, atau apa?


Pertama, kekeliruan dahsyat Kemendikbud, Pendidikan berbasis Kompetensi, kecerdasan jadi segalanya. Padahal, Indonesia runtuh karena orang-orang cerdas yang tak punya perilaku baik.

Kedua, sekolah dan fasilitas dihebat-hebatkan, tapi profesi guru masa depannya suram. Kewibawaannya diobrak-abrik. Tak pernah dibina secara serius agar menjadi profesional sejati.

Ketiga kurikulum 2013, kurikulum pendidikan karakter disusun tanpa karakter (bersifat proyek dan korup), apa jadinya? Keempat, sistem pendidikan tak mampu lahirkan anak yang cerdas bernalar, berbudi pekerti mulia, survive menghadapi kehidupan.

Jadi apa kesimpulan Anda tentang kurikulum 2013 ala Muhammad Nuh ini dan apa yang mestinya dilakukan pemerintah agar tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan anak bangsa bisa terwujud?


Kurikulum 2013 diprediksi takkan mampu lahirkan lulusan yang kompeten dan berkarakter, jika pertama, berorientasi proyek dan ada praktik korupsi di dalamnya. Kedua pembinaan guru tak berjalan konsisten dan berkelanjutan. Ketiga, kurikulum dijadikan tujuan, bukan alat untuk perbaikan kualitas pendidikan.

Keeempat, kurikulum tak sungguh-sungguh diimplementasikan. Tak ada evaluasi komprehensif untuk mengawal proses berlangsungnya perubahan kurikulum dari masa ke masa. Kelima, standar nasional pendidikan belum merata di seluruh wilayah Indonesia.

Lalu apa yang harus dilakukan?


Praktikkan Pendidikan Kompetensi berbasis Karakter. Karakter jadi fondasi pengembangan kompetensi murid. Berharap hadir guru berkualitas, apa jadinya guru dianggap seperti buruh. Jaga kewibawaan profesi guru. Kebijakan yang pro-guru bisa membantu guru menjadikan dirinya sebagai profesional sejati.

Kemudian perubahan kurikulum dilakukan dengan berdasarkan analisis kebutuhan dan mempertimbangkan ide perbaikan dari berbagai stakeholders. Perubahan kurikulum bukanlah tujuan, tapi alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih hakiki. Silahkan berubah, tapi mengapa mesti berubah, ini soal penting yang harus dipahami stake holders.

Pemerintah musti mendorong insan pendidikan (guru dan murid) lebih mau dan mampu bersikap kritis dan kreatif untuk memberikan masukan bagi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Karena dengan cara itulah, apa yang dikatakan Sir Ken Robinson 'Do Schools Kill Creativity?' tak pernah di Indonesia.

Jadi sebaiknya Kurikulum 2013 ditunda atau tetap jalan tapi ujicoba?


Ditunda dulu sampai guru-guru di seluruh penjuru nusantara sudah memahami kurikulum 2013. Jika pemerintah lakukan ini, bukti nyata pemerintah berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Tapi jika masih saja maju terus tanpa mempersiapkan guru sebagai eksekutor utama di lapangan, makin sulit bagi kita untuk tak menerima realita bahwa kebijakan berorientasi proyek, bukan program.

Memilih sekolah sampel untuk uji coba kurikulum 2013, apalagi sekolahnya yang relatif mapan, menunjukkan pemerintah benar-benar tak serius benahi persoalan pendidikan di negeri kita. Apapun kurikulumnya, tanpa guru yang kompeten dan berkarakter, itulah utopia.(fat/jpnn)

Guru Masa Depan, Inspirasi Untuk Indonesia

JAKARTA (3/7)- Dalam rangka masa orientasi 30 orang calon guru model angkatan ke-V, Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa (SGI DD) mengadakan Studium General. Bertempat di Kopertais UIN, acara ini menghadirkan Prof. Komarudin Hidayat sebagai pembicara tunggal.
Diawali dari mirisnya kondisi pendidikan Indonesia yang semakin tenggelam, pada 24 Oktober 2009 lalu Dompet Dhuafa memutuskan membentuk jejaring pendidikan bernama Sekolah Guru Indonesia. Awalnya program lembaga ini berfokus pada pengembangan kapasitas guru, dengan training rutin per pekan. Seiring berjalannya waktu, program ini berkembang hingga mendidik calon guru (fresh graduate universitas) selama 4,5 bulan diasramakan, dan menjalani penempatan dengan mengajar SD di pelosok-pelosok negeri sebagai GURU MODEL BERKARAKTER. Saat ini, Sekolah Guru Indonesia sudah mencetak 91 orang GURU MODEL yang telah dan sedang menjalani penempatan di pelosok Indonesia, yang tetap berkomitmen menjadi guru (minimal di bidang pendidikan) seumur hidupnya.
Karena itulah “Guru Masa Depan, Inspirasi Untuk Indonesia” menjadi tajuk pilihan dalam studium general SGI angkatan ke-V (SGI V) ini. Guru merupakan pendidik calon penerus bangsa. Oleh karena itu, menjadi guru adalah investasi untuk Indonesia, demikian yang selalu didengungkan Direktur SGI DD, Asep Sapaat. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini, di kota-kota besar guru termasuk profesi favorit bagi kalangan muda. Terutama setelah sertifikasi digulirkan. Sejak itulah semua orang berlomba-lomba menjadi guru. Tetapi sayangnya, karena niat mendapatkan profit inilah maka kebanyakan guru saat ini hanya sebatas “pengajar”, bukan “pendidik”, apalagi “pemimpin”.

Kasih Tak Sampai Pendidikan Karakter

Sampai saat ini kita masih di dengungkan dengan nada-nada sumbang kondisi pendidikan negara ini, mulai dari sistem yang tak jelas sampai dengan merosotnya moral anak didik. Kasus tawuran antar pelajar yang terjadi baru-baru ini adalah potret buram hasil pendidikan yang ada saat ini. Pendidikan karakter sepertinya masih menjadi agenda utama yang belum jua tuntas untuk diperbincangkan.
Sepertinya pendidikan karakter di Indonesia saat ini barulah berupa wacana usang yang kemudian diulang-ulang, seolah-olah ini sudah berjalan lama, padahal belum menemukan hasil yang memuaskan.  Memang tak dapat kita nafikan ada beberapa faktor kuat yang mendukung terjadinya polemik ini, salah satunya adalah sistem yang menyulitkan, ketidakstabilan politik, ekonomi dan lainnya.
Sehingga kasus demi kasus kian hari kian mewarnai iklim pendidikan Indonesia. Disisi lain pendidikan karakter yang dicanangkan masih menyisakan pertanyaan besar selain pertanyaan tentang keberhasilan penerapan pendidikan tersebut, pertanyaan selanjutnya adalah sudahkah guru kita berkarakter?
Polemik pendidikan yang terhampar di depan saat ini, seperti mencerminkan tingkat keberhasilan guru dalam menanamkan konsep tersebut kepada siswanya, sebagai seorang patokan guru mestilah menjadi tujuan utama pendidikan karakter tersebut. Karena eksistensi guru pada hakekatnya adalah suatu yang fundamental dalam memegang kendali kebehasilan pendidikan karakter itu sendiri.

Siswa Adalah Cerminan Sang Guru

Children see, children do”, seperti itulah anak-anak, mereka melakukan apa yang mereka lihat dari orang dewasa. Semua hal dicontoh, mereka belum mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, tanpa filter mereka berpikir bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan orang dewasa adalah hal baik dan benar. Kitalah, orang yang sudah dewasa yang harus membatasi diri untuk tidak mencotohkan hal buruk pada anak-anak. Adapun seorang guru yang berperan sebagai pendidik, pengajar dan pemimpin harus mampu memberikan teladan yang baik sehingga patut ditiru oleh anak didiknya. Guru, digugu dan ditiru (dilihat dan ditiru) setiap tindakannya selalu menjadi sorotan dan di copy paste oleh anak didiknya. Jika apa yang dicontohkan itu hal baik, maka anak didik akan melakukan hal baik dan sebaliknya anak didik akan mencontoh tindakan tidak baik jika gurunya mencontohkan hal yang tidak patut untuk ditiru, maka jangan heran jika kita menemui anak didik yang notabene “nakal”, lihatlah sebagian besar ditiru dari gurunya karena waktu yang dihabiskan anak didik lebih banyak di sekolah dibandingkan dirumah. Jadi sebelum melabel seseorang sebagai anak yang nakal, ada baiknya seorang guru yang bijak berkaca, berintrospeksi diri manakala ada sikap yang tidak baik yang pernah dicontohkan secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Benar peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Semua yang dilakukan seorang guru akan terekam jelas dibenak anak didik. Guru yang memiliki sikap sering main tangan atau memukul akan terekam dan akan ditiru oleh anak didiknya, sehingga anak didiknya akan melakukan hal yang sama pada temannya karena menurut mereka apa yang mereka lihat adalah tindakan yang wajar dan jangan salahkan anak didik kita jika tumbuh menjadi anak yang kasar. Adapun sebuah kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan guru, yaitu suka memaki dengan kata-kata negatif. Seorang guru harusnya mampu memberikan suntikan-suntikan kata positif kepada anak didiknya, memberikan motivasi sehingga terdoronglah semangat anak didik untuk terus berusaha melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Seorang guru haruslah mampu meningkatkan bakat anak didiknya bukan malah asik menjatuhkan dan memaki, karena dari sanalah akan tercetak anak didik yang percaya diri, memiliki motivasi yang kuat, tekun belajar dan yang paling baik anak didik akan menjadi anak yang dapat menghargai dan memiliki rasa kasih sayang.