Seringkali kita temui anak sulit kali belajar atau cepat merasa bosan di dalam kelas sehingga anak itu melakukan aktivitas lainnya yang mengganggu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas seperti berlari-lari, beteriak, menggaggu temannya, membuat keributan dan lain-laimn. Lalu kita sebagai guru atau orang dewasa lainnya mencap atau memberikan julukan kepada anak itu pemalas, nakal, pembuat keributan, bandel dan cap yang tidak baik lainnya. Padahal pemberian cap dan stigma negatif yang buruk ke anak akan mempengaruhi psikologi anak ke depannya dan mempengaruhi tumbuh kembangnya dalam pembelajarannya.
Ada dua hal utama yang menjadi sorotan ketika dalam kasus seperti ini. Pertama, ada kesalahan dari guru atau tenaga pendidik dalam menerapkan metode dan cara belajar di dalam kelas Banyak guru yang terjebak dengan keruwetan dan masalahnya sendiri di dalam kelas sehingga siswa-siswi dalam kelas menjadi ajang pelampiasan kemarahannya, tentu ini bukan contoh baik bagi guru. Bagian kedua ialah siswa itu sendiri, siswa tidak pernah salah, mereka merupakan gelas kosong yang siap menerima pembelajaran oleh gurunya di dalam kelas. Terlebih lagi dengan gaya belajar dari tiap anak atau siswa bahkan tiap-tiap orang jelaslah berbeda, ini menjadi tugas utama guru dalam menerapkan metode dan cara yang tepat dalam memberikan kegiatan belajar mengajar di kelas kepada peserta didik.
Oleh sebab itu dalam tulisan kali ini, penulis ingin membahas tipe gaya belajar anak. Tipe gaya belajar anak biasa dikenal ada tiga namun dalam perkembangan dan kenyataannya ada lima. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Kita akan membahas secara intensif tiga gaya belajar anak pada umumnya kita temui sehari-hari, berikut pemaparannya;
Ada dua hal utama yang menjadi sorotan ketika dalam kasus seperti ini. Pertama, ada kesalahan dari guru atau tenaga pendidik dalam menerapkan metode dan cara belajar di dalam kelas Banyak guru yang terjebak dengan keruwetan dan masalahnya sendiri di dalam kelas sehingga siswa-siswi dalam kelas menjadi ajang pelampiasan kemarahannya, tentu ini bukan contoh baik bagi guru. Bagian kedua ialah siswa itu sendiri, siswa tidak pernah salah, mereka merupakan gelas kosong yang siap menerima pembelajaran oleh gurunya di dalam kelas. Terlebih lagi dengan gaya belajar dari tiap anak atau siswa bahkan tiap-tiap orang jelaslah berbeda, ini menjadi tugas utama guru dalam menerapkan metode dan cara yang tepat dalam memberikan kegiatan belajar mengajar di kelas kepada peserta didik.
Oleh sebab itu dalam tulisan kali ini, penulis ingin membahas tipe gaya belajar anak. Tipe gaya belajar anak biasa dikenal ada tiga namun dalam perkembangan dan kenyataannya ada lima. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Kita akan membahas secara intensif tiga gaya belajar anak pada umumnya kita temui sehari-hari, berikut pemaparannya;
Gaya Belajar Visual
Tipe Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini.
Gaya Belajar Auditori
Tipe Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis atau membaca.
Gaya Belajar Kinestetik
Tipe mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Pemaparan penulis dari tiap-tiap gaya belajar diatas tentu dibahas secara umum, pembaca sudah mampu menilai dan membaca gaya belajar apa yang dialami oleh anak, siswa atau bahkan anda sendiri. Berikut ciri-ciri dari tiga gaya belajar tersebut:
Ciri-ciri dari Gaya belajar Visual antara lain; kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, terlalu reaktif terhadap suara, sulit mengikuti anjuran secara lisan, seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Ciri-ciri dari Gaya belajar Auditori antara lain; Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televisi/ radio. Cenderung banyak omong. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll.
Ciri-ciri dari Gaya belajar Kinestetik antara lain; Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta dan simbol. Menyukai praktek/ percobaan. Menyukai permainan dan aktivitas fisik seperti olahraga.
Dua gaya belajar lainnya yakni Olfactory dan Gusvactory, yakni dengan indra peraba dan pengecapan. Ini biasa dilakukan oleh anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sering kita ketemui di sekolah-sekolah luar biasa. jadi ingat saja VAKOG dan lebih terutama VAK yakni Visual, Auditori, Kinestetik. Olfactory dan Gusfactory ada namun jarang kita temui. Semoga dengan tulisan ini para guru dan tenaga pendidik dapat memahami gaya belajar anak. Anak itu tidak bersalah namun gaya belajarnya seperti itu, pandai-pandai guru merancang pembelajaran yang tepat bagi siswa dan peserta didik tersebut. Semoga pendidikan Indonesia lebih cerah dan mencerdaskan.
Pemaparan penulis dari tiap-tiap gaya belajar diatas tentu dibahas secara umum, pembaca sudah mampu menilai dan membaca gaya belajar apa yang dialami oleh anak, siswa atau bahkan anda sendiri. Berikut ciri-ciri dari tiga gaya belajar tersebut:
Ciri-ciri dari Gaya belajar Visual antara lain; kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, terlalu reaktif terhadap suara, sulit mengikuti anjuran secara lisan, seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Ciri-ciri dari Gaya belajar Auditori antara lain; Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televisi/ radio. Cenderung banyak omong. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll.
Ciri-ciri dari Gaya belajar Kinestetik antara lain; Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta dan simbol. Menyukai praktek/ percobaan. Menyukai permainan dan aktivitas fisik seperti olahraga.
Dua gaya belajar lainnya yakni Olfactory dan Gusvactory, yakni dengan indra peraba dan pengecapan. Ini biasa dilakukan oleh anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sering kita ketemui di sekolah-sekolah luar biasa. jadi ingat saja VAKOG dan lebih terutama VAK yakni Visual, Auditori, Kinestetik. Olfactory dan Gusfactory ada namun jarang kita temui. Semoga dengan tulisan ini para guru dan tenaga pendidik dapat memahami gaya belajar anak. Anak itu tidak bersalah namun gaya belajarnya seperti itu, pandai-pandai guru merancang pembelajaran yang tepat bagi siswa dan peserta didik tersebut. Semoga pendidikan Indonesia lebih cerah dan mencerdaskan.
No comments:
Post a Comment