Hypnoteaching ?? Siapa Takut !

Seiring dengan berkembangan pesatnya dunia pendidikan, banyak para praktisi pendidikan menemukan berbagai metode dan model pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas.  Baru-baru ini ditemukan sebuah metode pembelajaran yang masih menjadi pembicaraan para praktisi pendidikan di Indonesia,  bahkan, banyak mahasiswa yang tertarik untuk menjadi bahan penelitian tugas akhir (Skiripsi). Metode ini adalah hypoteaching, sebuah metode pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa alam bawah sadar. Mengapa alam bawah sadar? karena alam bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap cara kerja otak (Hypnosis). Metode ini tentu berbeda penerapannya dengan Hypno stage (hipnotis panggung) yang banyak di lakukan di televisi dengan cara menidurkan klien. Hypnosis lebih pada pendekatan emosional  signifikan yang terjadi dalam proses interaksi antara guru dan murid.

Adalah Ormond McGill yang dikenal sebagai The Dean of American Hypnotist, dalam Ensiklopedia karangannya, dapat dipelajari berbagai teknik induksi hipnotis modern, berbagai teknik yang berasal dari kebudayaan masa silam, termasuk ritual Yoga Nidra yang biasa dipergunakan sebagai penutup dari latihanYoga. Istilah Hypnosis  pertama kali diperkenalkan oleh Dr. James Braid pada tahun 1842 dengan mengacu kepada disiplin ilmu “neuropnology”. Dimana alam pikiran manusia dibagi ke dalam dua alam. Pertama, alam sadar (Conscious Mind), alam ini hanya berfungsi membandingkan, alam sebagai alam rasional, memori jangka pendek, dan analisa. Pengaruhnya hanya 12 % dalam kehidupan kita.  Kedua, alam bawah sadar (Subconscious Mind), alam ini berfungsi sebagai tempat emosi, kepribadian, persepsi, kebiasaan, intuisi, memori jangka panjang, kreativitas, keyakinan, dan kontrol otomatis. Pengaruhnya 88% dalam khidupan kita. Maka, tidak mengherankan jika dalam metode hypoteahing pengajaran lebih berproses bagaimana cara mengaktifkan zona bawah sadar anak. 

Lebih lanjut, dalam metode hypnoteaching, guru bukan hanya sekedar memberikan materi dan melibatkan siswa dalam pembelajaran. Tetapi yang lebih penting bagaimana seseorang guru mampu dan lihai melihat kondisi gelombong otak anak saat mereka melakukan sesuatu di dalam kelas. Dalam buku hypnoteaching  for success (Muhammad Noer: 2010), disebutkan dengan alat EEG (Electro Encephalo Graph) ditemukan 4 jenis gelombang otak manusia antara lain: gelombang Beta, Alpa, Theta, dan Delta. 

Secara spesifik keempat gelombang ini mempunyai fungsi yang berbeda. Pertama, gelombang beta berfungsi pada kondisi sadar, digunakan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan fokus seperti membaca, mengerjakan tugas, diskusi, dan debat. Gelombang otak ini lebih didominasi otak kiri dan logika. Menurut Erbe Sentanu (2008), gelombang beta dapat mengeluarkan hormon kortisol dan norefinefrin yang menyebabkan rasa cemas, khawatir dan stress. Maka, penting bagi guru ketika siswa berada dalam kondisi ini  perlu perhatian khusus agar tidak depresi terutama ketika pemberian soal-soal yang terbilang sulit.  Kedua, Gelombang alfa. gelombang ini biasa disebut dengan kondisi bawah sadar atau kondisi rileks. Gelombang inilah yang dibutuhkan siswa untuk bisa berkonsetrasi saat menerima pembelajaran dari guru. Tips untuk mengaktifkan gelombang ini adalah dengan melakukan Ice Breaking, Story Telling, menyanyikan lagu, games, tebak-tebakan, lelucon dan pantun. Ketiga, Gelombang Theta, gelombang ini merupakan kondisi memasuki alam bawah sadar atau alam pertengahan antara gelombang Alfa dan gelombang Delta, dimana siswa jauh lebih rileks dan tenang. Gelombang ini berfungsi sebagai media perubahan bagi siswa yang membutuhkan perlakuan khusus agar bisa berkonsentrasi. Dan keempat, gelombang Delta, gelombang ini kondisi tidur total. Dimana tubuh benar-benar diistrahatkankan total.   

Keempat gelombang otak memiliki peran besar dalam mempengaruhi siswa ketika menerima pembelajaran di kelas. Jika guru tidak memahami jenis-jenis gelombang ini. Maka bisa dipastikan guru tidak mampu mengkondisikan siswa di ruang kelas. Akibatnya, siswa mudah bosan dan malas dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat diidentifikasi dengan sulitnya siswa menerima karena materi diajarkan terkesan membosankan dan tidak ramah dengan otak siswa. Imbasnya, tujuan pembelajaran sulit tercapai. Lebih parahnya, siswa akan terkena virus phobia terhadap mata pelajaran yang tidak disukainya. Misalnya, pada pelajaran matematika. Sebagian besar siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit dan menakutkan bagi mereka. Lain hal ketika ketika pembelajaran dengan menggunakan hypnoteaching, pembelajaran akan terasa mengasyikkan dan dapat meningkatkan tiga aspek penilaian siswa yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Kesuksesan pembelajaran dengan hypnoteaching dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengulangan/repetisi. Segala sesuatu yang dilakukan secara konsisten atau berulang akhirnya akan masuk ke pikiran bawah sadar dan menjadi kebiasaan. Contohnya seorang anak yang selalu dikatakan “bodoh” atau “tidak bisa” atau “selalu tidak teliti” oleh orang di sekitarnya membuat anak ini akhirnya percaya bahwa ia benar-benar bodoh dan tidak teliti. Selanjutnya, pikirannya akan memerintahkan seluruh mekanisme tubuh guna mewujudkan hal itu. Jadi ia bodoh, bukan karena tidak punya kapasitas untuk pintar namun lebih karena didikte oleh program “bodoh” yang telah ter-install dalam pikirannya.
 
Kedua, Identifikasi kelompok/keluarga, kita hidup dalam keluarga yang memiliki latar belakang budaya tertentu maka kita akan mengikuti kebiasaan yang ada dalam keluarga, kelompok gang atau masyarakat. Kebiasaan ini adalah program yang akhirnya kita terima secara bawah sadar. Contohnya, cara berbicara, cara sembahyang, cara makan, cara berpakaian, cara menerima sesuatu, termasuk cara berpikir. Jika kita dibesarkan di benua lain apakah mungkin kita akan berpikir dan bersikap seperti sekarang? Jawabannya belum tentu.

Ketiga, ide yang disampaikan oleh figur yang dipandang memiliki otoritas, apa yang disampaikan oleh seseorang yang dipandang memiliki otoritas, seorang pakar, seorang yang kita hormati dan kagumi, akan dapat dengan mudah diterima oleh pikiran bawah sadar. Secara tidak sadar kita langsung membenarkan apa yang diucapkan, apalagi jika yang diucapkan masuk akal bagi kita. Contohnya adalah kata-kata seorang dokter, sedangkan bagi anak-anak figur yang dipandang memiliki otoritas adalah orang tua dan guru. 

Keempat, emosi yang intens,  peristiwa yang disertai dengan muatan emosi yang intens, baik ituemosi positif maupun emosi negatif akan sangat membekas dalam pikiran bawah sadar. Contohnya adalah phobia dan trauma atau bahkan saat anak dapat raport dengan nilai yang tidak diharapkan orang tua (harus masuk 10 besar), kemudian marah dengan intensitas emosi yang kuat dan mengatakan “Dasar anak bodoh!”.

Kelima, Hypnosis. Hypnosis menjangkau pikiran bawah sadar dengan teknik komunikasi yang mampu melewati pikiran sadar. Dengan teknik komunikasi yang khas, kita bisa melewati pikiran sadar dengan cara menonaktifkan sesaat pikiran sadar untuk langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar. Saat pikiran sadar non aktif atau lebih tepat disebut pasif, kekuatan sugesti bisa menjadi sembilan kali lebih kuat dibandingkan dengan situasi biasa. Bahkan hypnosis memungkinkan kita meng-install program baru dan meng-uninstall program negatif dengan cepat dan efektif tanpa gangguan pikiran sadar yang biasa mengajukan sebagai pertanyaan dan alasan. Dari kelima teknik menjangkau pikiran bawah sadar, hypnosis adalah cara yang paling cepat dan efektif untuk bisa masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Hal ini disebabkan karena dengan hypnosis kita mampu mem-bypass atau melewati pikiran sadar dan langsung berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar, melakukan sugesti sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi ini akan membuat perubahan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif. 

Namun, dibalik kebermanfaatannya yang begitu banyak, tentu saja metode ini mempunyai tantangan dalam penerapannya. Di antaranya sebagian besar guru kurang memiliki ketrampilan berkomunikasi efektif, baik verbal dan non verbal. Komunikasi verbal lebih berfokus pada pemilihan kata-kata dalam setiap pengajaran. Karena setiap kata-kata yang keluar dari mulut guru dapat mempengaruhi kondisi mental psikologis peserta didiknya. Inilah tantangan terbesar dalam penerapan metode ini karena masih sering masih banyak terdapat kasus dilapangan, masih banya oknum guru yang melakukan tindakan pelabelan pada peserta didiknya, misalnya anak nakal, bodoh, tolol, malas, dan masih banyak pelabelan negatif lainnya. Pelabelan inilah yang kemudian menjadikan anak merasa minder dan kurang percaya diri ketika bergaul dengan teman-temannya. Parahnya lagi, pelabelan ini bukan saja berlaku di sekolah tetapi juga orang tua pun melakukan hal yang sama di rumah. Maka, bisa dipastikan siswa akan semakin stress dan depresi menjalani kesehariannya. 

Keterampilan lain yang masih kurang dimiliki guru adalah ketrampilan komunikasi non verbal. Komunikasi jenis ini  merupakan sebuah sebuah dedikasi atau pemberian yang dilakukan oleh seorang guru ketika siswanya melakukan prestasi atau melakukan hal yang baik di lingkungan sekolah. Pemberian ini berupa hadiah, ucapan terimakasih, dan pemajangan karya hasil anak. Komunikasi ini juga dinilai dapat membangkitkan semangat peserta didik untuk melakukan hal yang lebih lagi. Meskipun terbilang  sederhana di mata guru  dan bukanlah hal yng baru. tetapi  penerapannya dapat membwaa dampak yang besar bagi perkembangan mental karakter anak. Tentu besar harapan kita komunikasi non verbal ini tidak saja banyak  diterapkan di sekolah-sekolah swasta,  seperti halnya boarding school dan Full day school.Tetapi juga diterapkan di sekolah-sekolah negeri sehingga konektivitas antara guru dan siswa di luar pembelajaran akan semakin kuat. 

Tantangan lain penerapan metode ini adalah masih banyak guru yang belum memahami intisari profesi guru. Ketidakpahaman ini berakibat pada rendah niat belajar ketika ditemukannya metode-metode baru yang dapat memacu belajar anak. Mereka menolak mengikuti training atau pelatihan yang berkaitan tentang metode baru dengan berbagai alasan. Misalnya, sebagian guru menganggap sudah tua,  jadi tidak perlu lagi mempelajari metode-metode baru. Bahkan, mereka menganggap mempelajarinya tambah memusingkan saja. Alasan lain paling kronis adalah sebagian guru menganggap tidak berguna lagi mengikuti pelatihan karena sertifikatnya tidak terpakai lagi sebagai lembar portofolio sertikasi guru. Betapa ironis memang ketika kita bandingkan dengan tuntutan zaman yang harus di penuhi oleh peserta didik dimasa yang akan datang. Mereka harus mampu menaklukan zaman dengan mempelajari ilmu baru yang up to date. Tentu saja mereka tidak dapat memenuhi tuntutan itu ketika guru tidak berusaha mengupgrade ilmu setiap waktu dan setiap kesempatan. Ketidakhausan akan ilmu-ilmu baru akan berefek pada pengetahuan siswa. sebagai guru, kami menghimbau untuk senantiasa meluangkan waktunya untuk mempelajari ilmu-ilmu baru. Karena tidakkah kita kasihan pada peserta didik kita yang haus akan ilmu sedangkan kita sebagai guru tidak mampu menjadi sumber mata air ilmu bagi mereka.

Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, metode hypnoteaching hanyalah satu dari berbagai metode yang ada. Metode ini bukanlah sebuah prasyarat utama tercapainya sebuah pembelajaran yang efektif. Tetapi lebih daripada itu, bagaimana guru memilki mindset yang benar. Karena sebaik apapun kurikulum, secanggih apapun teknologi yang dimiliki, dan sehebat apapun terobosan-terobasan metode dan model pembelajaran dalam pendidikan. Tidaklah memiliki arti apa-apa, jika guru tidak memimliki niat dan motivasi belajar. Layaknya apa yang sering disampaikan kepada peseta didik dengan slogan yang tidak asing lagi “rajin-rajinlah belajar di rumah”. Slogan ini selalu menghiasi rapor peserta didik di setiap tahunnya. Tetapi apakah slogan itu berlaku juga untuk guru.  Mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi guru Indonesia untuk terus belajar dan belajar dengan begitu guru bisa  menjadi role model yang baik bagi peserta didiknya. Sebagaimana kata bijak mengatakan; Guru yang baik adalah yang mampu menasehati, guru yang terbaik adalah yang mampu melakukan, dan guru yang excellent adalah guru yang mampu menginpirasi bagi peserta didiknya. 

Bangga jadi guru, guru berkarakter, menggengam Indonesia!.

No comments:

Post a Comment