Guru Indonesia, Harus Mahir TIK

 Pesatnya perkembangan teknologi di abad 21 ini sudah tidak dapat kita ragukan lagi. Betapa tidak, tengok saja 10 tahun ke belakang, sangat banyak penemuan alat-alat canggih yang sekarang dapat dinikmati orang-orang di seluruh dunia. Bahkan Justin Raetner, salah satu CTO Intel, mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi 100 tahun ke depan sama nilainya dengan perkembangan yang terjadi selama 20.000 tahun sebelum ini. Sulit dibayangkan seperti apa kecanggihan gadget-gadget 100 tahun ke depan, kalau sekarang handphone tinggal sentuh saja sudah bekerja, besok mungkin tinggal dibayangkan lewat fikiran saja sudah dapat dioperasikan.
Begitu kira-kira yang disampaikan Heru Triwiyono, Senior Trainer Intel Education Indonesia, untuk memprovokasi para calon Guru Model SGI Angkatan V dalam kuliah “Workshop Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Dalam perkuliahan yang dilaksanakan selama 3 hari (19-21 Agustus) itu juga disebutkan bahwa guru yang profesional dan berkompetensi, harus bisa mengikuti cepatnya perkembangan teknologi. Kalau tidak, guru akan gagal melaksanakan “Pembelajaran Abad 21”.
Pada hari pertama Pak Heru mengupas tentang bagaimana perkembangan teknologi berjalan di dunia hingga abad 21 sekarang ini dan akibat-akibat yang ditimbulkan olehnya, termasuk pengaruhnya dalam dunia pendidikan. Menurutnya di abad 21 ini terjadi perubahan dunia, dari yang dulunya berbasis sumber daya alam menuju sekarang yang berbasis pengetahuan. Guru sebagai pemeran utama dalam dunia pendidikan juga harus sejalan dengan perubahan tersebut.
Pria 31 tahun itu juga menambahkan dalam dunia berbasis pengetahuan ini guru dituntut untuk bisa mempersiapkan siswanya bukan hanya untuk hasil akademik semata, namun siswa juga harus memiliki keterampilan yang tepat untuk belajar bagaimana cara belajar, beradaptasi dan berinovasi. Karena tidak bisa dipungkiri, semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak pula tuntutan ketika sudah memasuki dunia kerja nanti. Salah satu caranya adalah dengan mengitegrasikan TIK dalam pembelajaran, yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam mata pelajaran umum untuk mendukung dan memperkuat tujuan kurikulum.


Pada hari ke-2 dan ke-3 peserta perkuliahan disuguhi tentang metode pembelajaran PBL (Project Based Learning) yang sangat memungkinkan guru untuk memanfaatan TIK dalam pembelajaran. Metode PBL ini terdiri dari lima proses, yaitu pembuatan tabel GRASP (Goal, Role, Audience, Set of Activities, danProduct), pembuatan publikasi project, perencanaan unit, pelaksanaan dan yang terakhir evaluasi.
Dengan model pembelajaran group investigation para calon guru model diajak untuk membuat langsung pembelajaran berbasis proyek sampai pada tahap perencanaan unit. Mereka diajarkan bagaimana menentukan tujuan proyek yang berkaitan dengan kompetensi dasar tertentu, kemudian diajarkan pula bagaimana membuat publikasi proyek yang merupakan alat sosialisasi guru kepada para orang tua murid dan masyarakat sekitar sekolah terkait proyek yang akan dikerjakan oleh siswa. Terakhir setiap kelompok mempresentasikan rencana proyek yang telah dibuat sekaligus mendemonstrasikan produk yang ingin dicapai oleh siswa.
Banyak manfaat yang didapat oleh para peserta dari kuliah ini. Selain menambah wawasan, para calon guru model juga belajar melihat dan merencanakan langsung permasalahan-permasalahan yang sesuai untuk dijadikan pembelajaran berbasis proyek ini. Mereka juga terbantu dalam mengembangkan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa lewat integrasi teknologi informasi dan komunikasi.
Menyesuaikan kebutuhan peserta didik untuk siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang bukan menjadi hal yang penting lagi, tapi sangat penting. Mengutip kalimat dari Craig Barret, “Computers aren’t magic, teacher are!”. Bukan komputer yang mempunyai kekuatan magis, tapi guru yang dapat memanfaatkan komputer semaksimal mungkinlah yang punya kekuatan itu.

No comments:

Post a Comment