Sekolah Kawasan di kota Surabaya ternyata mampu menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Implikasi adanya sekolah berkualitas di pusat kota adalah pada jam tertentu ada pergerakan manusia menuju pusat kota sehingga berdampak pada kemacetan.
Tim Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Martadi, mengatakan, walaupun pendidikan gratis tetapi ternyata peserta didik yang tinggal jauh dari sekolah menghabiskan 600-800 ribu rupiah per bulan untuk biaya transportasi. Di sisi lain, sekolah-sekolah yang berada di wilayah lain tidak berkembang.
“Inilah yang menyebabkan pendidikan berbiaya tinggi, sehingga pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan Kota Surabaya berinovasi membuat Sekolah Kawasan,” kata Martadi saat dijumpai di Surabaya, Senin (23/06/2014).
Martadi mengatakan, setelah tiga tahun berjalan dirasakan ada dampak positif dari pembentukan Sekolah Kawasan. Misalnya, perekonomian masyarakat sekitar Sekolah Kawasan berkembang, perumahan bertumbuh subur, pergerakan manusia ke kota mereda, termasuk mengurangi kemacetan dan inefisiensi di jalan.
Tidak hanya itu, kata Martadi, Sekolah Kawasan dituntut juga untuk memaksimalkan potensi lokal diluar potensi akademik. Ia mencontohkan, SMP 26 Surabaya memaksimalkan fungsi tambah disekitar sekolah untuk proses belajar, seperti warung apung, peternakan ikan, sehingga bisa menginspirasi kawasan lain untuk berinovasi dengan potensi lokal yang ada.
Bahkan lebih teknis, kepala SMA 16, Sudarminto, menerapkan kiat-kiat dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan sebagai salah satu Sekolah Kawasan di timur Surabaya baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didiknya.
Sudarminto memulainya dengan membangun kultur sumber daya manusia melalui penataan staf berbasis sistem. "Seluruh komponen sekolah diberdayakan secara bergiliran. Guru dibagi 9 kelompok untuk secara bergantian menangani proses pembelajaran mulai dari penerimaan peserta didik baru hingga pendampingan proses menuju perguruan tinggi," jelasnya.
Melalui kiat ini dapat membangun kepercayaan diri SDM, bekerja optimal, bersemangat, team work, dan ada kepastian karir.
Dari sisi peserta didik, wali kelas mulai semester satu terus memotivasi mereka untuk menjaga kestabilan potensi akademi, mendorong prestasi non akademi, dan yang terpenting menanamkan nilai-nilai karakter dalam berbagai proses belajar mengajar maupun ekstrakurikuler.
Intinya, Pemerintah kota Surabaya ingin membangun brand sekolah bagus ada di seluruh wilayah kota Surabaya, bukan hanya di pusat kota saja. "Logikanya, jika input sudah bagus, prosesnya ditingkatkan, output-nya pasti bagus. Proses akan bagus kalau gurunya bagus, kepala sekolahnya bagus, diberi kebutuhan sarana, termasuk diberi insentif kinerja
Tim Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Martadi, mengatakan, walaupun pendidikan gratis tetapi ternyata peserta didik yang tinggal jauh dari sekolah menghabiskan 600-800 ribu rupiah per bulan untuk biaya transportasi. Di sisi lain, sekolah-sekolah yang berada di wilayah lain tidak berkembang.
“Inilah yang menyebabkan pendidikan berbiaya tinggi, sehingga pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan Kota Surabaya berinovasi membuat Sekolah Kawasan,” kata Martadi saat dijumpai di Surabaya, Senin (23/06/2014).
Martadi mengatakan, setelah tiga tahun berjalan dirasakan ada dampak positif dari pembentukan Sekolah Kawasan. Misalnya, perekonomian masyarakat sekitar Sekolah Kawasan berkembang, perumahan bertumbuh subur, pergerakan manusia ke kota mereda, termasuk mengurangi kemacetan dan inefisiensi di jalan.
Tidak hanya itu, kata Martadi, Sekolah Kawasan dituntut juga untuk memaksimalkan potensi lokal diluar potensi akademik. Ia mencontohkan, SMP 26 Surabaya memaksimalkan fungsi tambah disekitar sekolah untuk proses belajar, seperti warung apung, peternakan ikan, sehingga bisa menginspirasi kawasan lain untuk berinovasi dengan potensi lokal yang ada.
Bahkan lebih teknis, kepala SMA 16, Sudarminto, menerapkan kiat-kiat dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan sebagai salah satu Sekolah Kawasan di timur Surabaya baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didiknya.
Sudarminto memulainya dengan membangun kultur sumber daya manusia melalui penataan staf berbasis sistem. "Seluruh komponen sekolah diberdayakan secara bergiliran. Guru dibagi 9 kelompok untuk secara bergantian menangani proses pembelajaran mulai dari penerimaan peserta didik baru hingga pendampingan proses menuju perguruan tinggi," jelasnya.
Melalui kiat ini dapat membangun kepercayaan diri SDM, bekerja optimal, bersemangat, team work, dan ada kepastian karir.
Dari sisi peserta didik, wali kelas mulai semester satu terus memotivasi mereka untuk menjaga kestabilan potensi akademi, mendorong prestasi non akademi, dan yang terpenting menanamkan nilai-nilai karakter dalam berbagai proses belajar mengajar maupun ekstrakurikuler.
Intinya, Pemerintah kota Surabaya ingin membangun brand sekolah bagus ada di seluruh wilayah kota Surabaya, bukan hanya di pusat kota saja. "Logikanya, jika input sudah bagus, prosesnya ditingkatkan, output-nya pasti bagus. Proses akan bagus kalau gurunya bagus, kepala sekolahnya bagus, diberi kebutuhan sarana, termasuk diberi insentif kinerja
No comments:
Post a Comment