Pada tahun 1950 an jumlah sekolah yang ada di negara kita ini sangatlah minim, tapi sekarang ribuan sekolah bermunculan dimana-mana, disetiap kecamatan, desa, maupun kampung-kampung terpencil. Bahkan satu desa terdapat 6-8 sekolah. Pertumbuhan sekolah sangatlah pesat, sekolah negeri maupun suwasta, hal tersebut yang membauat masyarakat merasa kebingungan dimana harus memasukkan anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan. Ada sekolah yang memberikan gratis 100% bagi siswanya, disuport dengan pakaian seragam lengkap bawah atas, ada juga sekolah yang memberikan beasiswa kepada peserta didiknya berbentuk uang saku per bulannya, bahkan ada juga sekolah yang memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan peserta didiknya sampai transportasi antar jemputpun sekolah siapkan.
Tahun ajaran baru merupakan moment yang paling tepat untuk menjadikan sekolah sebagai tempat bermain politik, kepala sekolah sebagai orang yang nomor wahid di lembaga tersebut akan merasa malu apabila sekolah atau madrasahnya tidak diminati oleh masyarakat. sehingga berbagai macam cara dilakukan hanya untuk mendapatkan segelintir murid. Perlu kita ketahui juga, kenapa sekolah berkomptisi mencari murid sebanyak-banyaknya..? Salah satu alasan yang logis adalah apabila kuantitas murid bertambah banyak maka dana BOS pun bertambah banyak pula, begitupun juga dengan tunjangan dana lainnya. Maka tidak heran kalau kita melihat kepala sekolah dan jajarannya menjadikan tahun ajaran baru sebagai moment yang tepat untuk kampanye sekolah, dihiasi dengan berbagai macam atribut-atribut sekolah yang mereka miliki.
“Timba mencari sumur bukan sumur yang mencari timba”. Sepertinya pepatah tesebut tidak berlaku lagi pada zaman modern ini, kalaulah dulu para nenek moyang kita, berjalan kaki berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan sebait ilmu, kesadaran tersebut tumbuh dari hati nurani mereka. Untuk mendapatkan seorang guru, mereka harus mengorbankan keluarga mereka untuk ditinggalkan. maka pantaslah ilmu para leluhur kita, orang tua kita terdahulu jauh lebih barokah dan bermanfaat bagi kehidupan. Sekarang semua sudah berubah, bukan timba lagi yang mencari sumur tapi sumur yang mencari timba, alias murid tidak perlu lagi mencari sekolah tapi sekolah yang berbondong-bondong untuk mencari murid.
Dari realitas di atas, kepala sekolah sebagai orang yang nomor wahid, harus mengupdate kembali visi dan misi sekolahnya dan memperbaiki sisi-sisi lemah serta berupaya menjadikan sekolah sebagai model atau kudwah hasanah bagi masyarakat setempat. Sehingga sekolah tidak perlu lagi mencari murid kesana kemari, Tapi murid atau masyarakat yang berebutan mamasukkan anak-anak mereka pada lembaga yang kita pimpin. Masyarakat akan merasa rugi apabila tidak dapat mamasukkan anak-anak mereka dan kita tidak perlu lagi menjadikan tahun ajaran baru sebagai ajang kampanya sekolah.
Bukankah sekolah itu adalah tempat sekumpulan orang-orang cerdas kreatif dan inovatif?, yang terdiri dari kepala sekolah yang sudah diakui ilmu dan pengalamannya dalam mengajar, guru-guru yang sudah mendapatkan pendidikan secara akademis selama empat tahun di bangku kuliah, dan para siswa yang memiliki berbagai macam potensi. Sekolah juga merupakan gudang ilmu pengetahuan yang terdapat berbagai macam disiplin ilmu di dalamnya, seperti ilmu bahasa, agama, sejarah, IPA, IPS dan banyak lagi yang lainnya. Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, guru-guru yang ada di dalam lingkungan sekolah bertanggung jawab atas peningkatkan potensi siswa melalui transformasi ilmu. Proses belajar mengajar setiap hari di dalam kelas merupakan pekerjaan rutin bagi seorang guru, bukan saja di dalam kelas diluar kelaspun guru bertanggungjawab atas pembentukan karakter siswanya.
Kepala sekolah dan jajarannya harus bisa mendifferenisasikan sekolah yang dia pimpin dengan sekolah lainnya, dapat membranding sekolahnya agar mudah dikenal oleh masyarakat. Atau dengan bahasa lain sekolah mempunyai identitas unggul, ketertarikan yang kuat, sehingga masyarakat sangat tertarik dan terpesona dengan program sekolah tersebut. Salah satu tawaran untuk membranding sekolah yang harus digarap dengan serius oleh kepala sekolah beserta stafnya adalah menulis. Dengan menulis kita dapat memposisikan sekolah menjadi terdepan dan dikenal oleh masyarakat luas melalui media Informasi Koran, majalah bulletin, dan media lainnya.
Taufik ismail adalah seorang sastrawan senior yang konsisten memperjuangkan literasi di tanah air, dalam sebuah seminar bahasa dan sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh HIMA bahasa dan sastra Indonesia FPBS UPI, mengungkapkan bahwa. “(maha) siswa Indonesia adalah generasi yang rabun membaca dan pincang menulis”. Jangankan menulis membacapun kita sering malas dan mengabaikan literature, kita tidak sadar bahwa kunci kesuksesan seorang dalam karya tulis maupun lainnya adalah dengan banyak membaca literature. Saya kira apa yang disampaikan oleh taufik ismail di atas benar, dan jarang sekali sekolah yang menjadikan menulis sebagai differentiation yang menunjukkan keunggulan sekolah tersebut. Kalau kita serius menggarap menulis sebagai salah satu program unggulan sekolah yang melibatkan semua pihak di dalamnya baik kepala sekolah, TU, Guru dan siswa-siswanya, maka menulis tersebut akan menjadi branding dan differentiation sekolah. Mengapa kita perlu menulis..? ada beberapa alasan logis dan pertimbangan yang menjadi dasar utama perlunya sekolah menulis sebagai sebuah differentiation dan brand.
Pertama: Menulis adalah kemampuan mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang mahasiswa ataupun guru, karena syarat menjadi sarjanawan atau guru adalah dengan membuat karya ilmiah yang membutuhkan kepiawaian dalam menulis. Seorang guru yang memiliki kepiawaian menulis tidak akan merasa kesulitan dalam mengajar, membuat RPP, SILABUS, maupun PROTA dan PROSEM. Apalagi membuat penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan salah satu kewajiban bagi seorang guru.
Kedua: Menulis merupakan sebuah komptensi yang harus dimiliki oleh siswa, komptensi menulis sudah diajarkan dari kelas satu SD bahkan ada juga dari pendidikan anak usia dini (PAUD). Artinya menulis adalah komptensi mutlak yang harus dimiliki oleh seorang siswa, bagaimana cara mengembangkan potensi tersebut..? salah satu satunya adalah dengan membuat program menulis mingguan atau bulanan, dan karya siswa harus ditempelkan di majalah dinding (MADING) sekolah, kalau bisa tulisan terbaik siswa dipublikasikan melalui media masa seperti Koran atau majalah bulanan. Siswa akan termotivasi dan merasa dihargai apabila melihat karya terbaiknya dapat dimuat dan dibaca oleh khalayak ramai, apalagi sekolah memberikan penghargaan bagi siswa yang memiliki karya tulis terbaik setiap bulannya. Kalau program itu kita lakukan secara intens, maka siswa akan berkomptisi dalam menulis baik itu cerpen, opini, puisi dan lainya dan menjadi yang terbaik dari yang baik.
Ketiga: Apabila siswa-siswa kita berhasil menerbitkan karya tulis mereka menjadi sebuah buku, atau majalah. Maka, ini adalah moment yang sangat tepat untuk mempublikasikan sekolan menjadi sekolah berkualitas, unggul dalam menulis. Secara tidak langsung sekolah menjadi mitra terbaik masyarakat dalam membangun kualitas dan karakter siswa melalui tulisan, bukan saja masyarakat, tapi juga pemerintah setempat merasa antusias dengan brand sekolah serta kualitas yang dibangun. Maka tidak segan-segan pemerintah mensuport program tersebut dengan anggaran dana yang cukup besar.
Keempat: Menulis merupakan salah satu profesi yang menjanjikan bagi para siswa kedepan. Siapa tau setelah merekan menamatkan pendidkan pada jenjang sekolah menengah atas (SMA), mereka lebih cendrung mengambil jurusan jurnalistik atau ketika mereka kuliah, mereka akitif di organisasi pers mahasiswa. Hal tersebut dapat menjanjikan masa depan siswa, mencari uang jajan sampingan melalui menulis di media masa. Orang bijak mengatakan “Apabila tangan sering memegang setir kendaraan, maka setirlah pintu rizki baginya. Apabila tangan sering memegang cangkul, maka cangkul tersebut akan menjadi pintu rizki baginya dan apabila tangan ini dibiasakan memegang pena, maka penalah sumber rizkinya.”
Kelima: Menulis adalah perintah Allah swt yang kedua setelah membaca, karena itu tulisan dapat kita hasilkan apabila kita membiasakan diri untuk membaca, membaca buku, membaca alam sekitar dan membaca kebesaran Allah yang ada pada diri kita sendiri. Perintah tersebut dapat kita temukan pada surat Al-Alaq ayat ke empat, yang artinya. “Yang mengajar (manusia) dengan perantara qolam (pena)” . maksudnya adalah dialah Allah yang mengajarkan manusia melalui perantara baca tulis.
“Bul zam-zam patu’rof” (Kencingi air zam-zam maka kamu akan terkenal). Pepatah arab tersebut mengindikasikan kepada kita bahwa untuk menjadi orang terkenal harus berani melakukan sesuatu yang berbeda dan tidak pernah dilakukan oleh orang lain. Begitu juga halnya dengan membangun brand sekolah, sekolah harus berani membangun sebuah program unggulan yang akan nantinya menjadidifferentiation dengan sekolah lainnya, salah satunya adalah dengan
Nun. Demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. (Al-Qolam: 1-3)
No comments:
Post a Comment