Terobosan Kemdikbud dalam Kerja Sama Pendidikan Indonesia-Filipina

"Pekerjaan rumah saya dari Bapak Mendikbud supaya membangunkan semua MoU yang tidur dan kalau buat MoU baru harus diimplementasikan," demikian kata Atase Pendidikan di Filipina, Paristiyanti Nurwardani, 2010 silam, mengenai pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh saat pelantikannya. Sejak saat itulah ia mulai membuka kembali 24 dokumen Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman antara Indonesia dengan Filipina. Ia juga menemukan fakta lainnya bahwa tidak ada MoU government to goverment selama 60 tahun sejak ada kerja sama bidang pendidikan dengan Filipina.

Dari fakta tersebut, maka pada 2011 Atase Pendidikan KBRI di Filipina membuat MoU government to goverment pertama bidang basic education melalui program Mutual, Assistance, Innovation, New Technology, Tech Vacational, ICT, Madrasah (MAINTIM education). Ketika ditemui saat penutupan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) tahun 2014 di Jakarta (7/03/2013), Paristiyanti memaparkan beberapa implementasi dari MoU tersebut.

Saat ini, Atase Pendidikan KBRI di Filipina sedang mengembangkan Indonesia Center di tiga universitas di Manila. Tiap universitas menyediakan satu ruangan yang didesain bernuansa Indonesia dan dapat digunakan oleh mahasiswa asing untuk belajar. "Jadi mereka punya situasi belajar dengan nuansa Indonesia. Untuk pengelolaannya dibantu oleh mahasiswa jurusan Asian Studies," ujarnya.



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pun memberikan 25 beasiswa untuk guru muslim Mindanao untuk tingkat S2 dan S3 di Indonesia. Sementara itu Beasiswa Darmasiswa yang sifatnya short course juga terus berjalan. "Kerja sama ini berdasarkan latar belakang Indonesia menjadi fasilitator dalam perjanjian damai antara pemerintah Filipina dengan Mindanao. Kita juga ingin menunjukkan kehidupan Islam di Indonesia yang moderat, damai, dan saling menyayangi. Ini juga implementasi bentuk tanggung jawab Indonesia sebagai fasilitator," jelas Paristiyanti. Ketiga, Kemdikbud melalui Atase Pendidikan di Filipinan telah menghasilkan 206 MoU university to university, higher education dan sister school.

Saat ini Kemdikbud telah mengirim 20 dosen keperawatan swasta dari Indonesia untuk belajar di Filipina, mengingat Filipina mempunyai reputasi internasional dalam bidang keperawatan. Menurut Paristiyanti, jumlah dosen yang dikirim akan terus bertambah sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan di Indonesia. Keempat, Kemdikbud juga mendirikan 2 SMP Terbuka dan memberikan beasiswa khusus untuk WNI miskin yang ada di Filipina.

Ada sebanyak 43 ribu WNI di Filipina baik yang sudah terdokumentasi atau belum di Konsulat Jenderal RI. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh di perkebunan. Tahun ini, Atase Pendidikan juga menyelenggarakan International Journal Writing di Bali.

Sebanyak 70 peserta Filipina dan 230 peserta Indonesia berkumpul untuk berbagi pengalaman menulis Jurnal Ilmiah. Kegiatan ini membuahkan penerbitan internasional, Journal Indophil (Indonesia Filipina),sebagai upaya memberikan solusi bagi dosen dan guru dalam penulisan karya ilmiah. Selain itu juga diselenggarakan 11 workshop double degree.

Terkait penyelarasan nomenklatur sebagaimana hasil rekomendasi RNPK, saat ini di KBRI Filipina masih  menggunakan nomenklatur Atase Pendidikan. Namun demikian ada koordinasi yang sangat baik dalam menangani bidang kebudayaan. "Bagian Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI menangani pertunjukan-pertunjukan kesenian dan industri budaya, sementara Atase mengelola urusan kebudayaan yang bersifat "tuntunan", termasuk pengembangan Indonesia Center," ungkap Paristiyanti

No comments:

Post a Comment