Mendikbud: Masyarakat Berpendapat, Bentuk Perhatian terhadap Kurikulum 2013

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh menilai, berbagai komentar maupun pendapat masyarakat tentang pelaksanaan Kurikulum 2013 berarti menunjukkan perhatian dan rasa memiliki terhadap kurikulum itu sendiri.

Setidaknya ada sembilan pendapat negatif berkembang di masyarakat yang berhasil dihimpun Kemdikbud dari berbagai media massa maupun berkomunikasi langsung dengan kelompok-kelompok tertentu. Salah satu komentar tersebut adalah bahwa Kurikulum 2013 tidak didahului dengan riset yang mendalam dan terkesan tergesa-gesa.

Mendikbud mengatakan, riset dilakukan untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana tentang objek tertentu. Namun, jika objek tersebut sudah diketahui dan jelas persoalannya, apakah masih perlu dilakukan riset? Ia mengibaratkan, jika seseorang telah diketahui haus, lalu diberi minum, kemudian hilang hausnya, apakah masih perlu dilakukan riset? "Tidak perlu, justru tahapan selanjutnya adalah design dan development atau perancangan dan pengembangannya," ujar Mendikbud saat memberikan arahan dalam kegiatan "Pengarahan Narasumber Implementasi Kurikulum 2013 Jenjang SD", Senin (10/3/14), di Jakarta.




Ia menambahkan, riset memiliki makna besar jika tingkat clarity atau kejelasannya kecil. Semakin rendah faktor clarity itu, maka riset semakin dibutuhkan. Oleh karena itu, pernyataan yang menyebut Kurikulum 2013 tanpa riset yang mendalam, kata Mendikbud, terlalu mengada-ada. "Hasil TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak kita hanya mampu hingga level 1. Ini sudah jelas. Jadi untuk apa riset lagi?" tanya Mendikbud.

Pendapat masyarakat lainnya yang dibahas Mendikbud dalam kegiatan tersebut adalah adanya anggapan bahwa Kurikulum 2013 tidak melibatkan guru dalam pengembangannya. Ia menjelaskan, perlunya membedakan antara 'saya' dan guru yang jumlahnya sangat banyak. Ketika 'saya' yang berprofesi sebagai guru tidak ikut serta dalam pembahasan pengembangan Kurikulum 2013, bukan berarti guru tidak dilibatkan. "Guru itu kan jumahnya banyak.

Namun, seiring berjalannya waktu, kini masyarakat sudah tidak lagi meragukan kurikulumnya, tetapi mempertanyakan, bagaimana kurikulum ini bisa diterapkan dengan baik? Menjawab keraguan tersebut, ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. Di samping ikut dalam wilayah diskursus atau pernyataannya, tetapi juga harus masuk dalam pembuktian riilnya.

Hal lain yang diragukan adalah kemampuan guru dalam penilaian peserta didik. Menurut Mendikbud, wajar jika guru kesulitan dalam menilai dengan pola yang berbeda, dari kuantitatif-numerik menjadi kualitatif-deskriptif. "Wajar jika bingung, tetapi lama kelamaan Insya Allah bisa.," katanya.

Mendikbud mengharapkan, narasumber harus memiliki pemahaman terhadap filosofi dan isi Kurikulum 2013, serta mampu mentransfer pemahaman tersebut kepada instruktur nasional yang nanti akan mereka latih. Maka, narasumber diminta juga untuk mengetahui sampai persoalan teknis, sehingga apabila ditanya, mereka memiliki informasi mengenai hal yang ditanya tersebut.

Kegiatan penyegaran ini diikuti oleh 171 orang yang khusus ditujukan bagi narasumber yang akan melatih instruktur nasional untuk kelas 1 dan 4 SD. Regional lainnya, yaitu Surabaya akan diikuti oleh 132 narasumber, dan di Makassar direncanakan diikuti oleh 54 narasumber. Penyegaran narasumber merupakan rangkaian pertama program pelatihan guru dalam rangka mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 ini

No comments:

Post a Comment