Kurikulum 2013, Bagaimana Kita (Guru) Menyikapinya?

DARI tahun ke tahun, semakin bertambah dewasanya umur negara ini. Berbagai hal dilakukan, berbenah untuk mengarah ke suasana atau kondisi yang lebih baik. Tidak terkecuali di bidang pendidikan. Di bidang ini semenjak Indonesia berdiri sudah kali sembilan perubahan kurikulum.

Hal itu dilakukan bertujuan untuk memperbaiki pendidikan di negeri ini yang konon diopinikan semakin lama semakin rendah dibandingkan dengan negara tetangga lain. Itu didasarkan dari hasil ujian nasional, persaingan global, dan mutu  pendidikan, baik dari segi pendidiknya maupun dari segi peserta didik itu sendiri.

Ada asumsi setiap pergantian pemerintahan atau pejabat eksekutif, bersama itu juga ada pergantian sistem pendidikan yang baru. Berbagai tanggapan yang dilontarkan oleh masyarakat tentang perubahan atau perubahan tersebut. Baik tanggapan positif ataupun negatif mungkin sering kita dengar. Hal itu diawali dengan munculnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP), dan Kurikulum 2013.

Sebenarnya kita patut berbangga dan perfikir positif/optimistis, bukan malah berpersepsi negatif, karena hal itu ada perubahan yang lebih baik. Namun bagi mereka yang berfikir negatif atau pesimis, kurikulum KBK malah diartikan dengan Kurikulum Bikin Kumet atau Kemeng. Sedangkan kurikulum KTSP dimaknai dengan Kurikulum Tidak Siap Pakai.



Itu lah kenyataannya, semua perubahan pasti ada dampak positif dan negatifnya. Jika itu tidak ada, atau berjalan sendiri-sendiri maka, suatu proses tidak mungkin berjalan. Sebagai contoh, menyalanya lampu listrik, setrika, kulkas, komputer, televisi, dan lain sebagainya karena saling berjalan bersamanya antara arus positif dan arus negatif.

Tak terkecuali kurikulum 2013 ini. Banyak tanggapan positif dan negatif yang menghiasinya. Pihak pemerintah yang dikomandoni oleh Menteri Pendidikan Nasional tetap bersih kukuh menjalankan kurikulum ini. Tidak tanggung-tanggung, dana yang dibutuhkan dalam kurikulum ini sekira Rp600 miliar, Rp1,4 triliun, atau mungkin sampai Rp2,4 triliun, untuk menyukseskan kurikulum 2013. Tidak cukup di situ, bahkan sosialisasi dan pelatihan pun dilakukan untuk memperlancar hal tersebut.

Tahap awal sosialisasi dan pelatihan tentang kurikulum 2013 ini dimulai dari pelatihan guru inti yang langsung dipandu oleh Bapak Mendiknas  Muhammad Nuh dan Wakil Presiden Indonesia Budiono. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan kepada guru sekolah dasar dan menengah yang ditunjuk.

Pelatihan dan sosialisasi ini dilakukan serentak di Indonesia khususnya di Jawa Timur mulai 9 -13 Juli 2013. Sosialisasi awal ini diikuti oleh Kepala sekolah, dan guru mata pelajaran yang terdiri dari sekolah yang ditunjuk atau diamanahi untuk menjalankan kurikulum 2013 ini. Sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan kurikulum ini pertama sebagian sekolah negeri dan sekolah yang memiliki nilai akreditasi "A", baik di tingkat kota ataupun di tingkat kabupaten.

Mengapa kurikulum 2013 ini harus tetap dilaksanakan, meskipun banyak rintangan ataupun hambatan? Karena kurikulum ini memang unik, beda, dan penuh dengan penanaman sikap, pengetahuan, nilai, dan karakter peserta didik dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Bedanya yaitu: Semua silabus, rencana pembelajaran (RPP), buku pegangan guru, dan buku pegangan siswa disediakan oleh pemerintah dengan harga yang terjangkau.

Hal itu dilakukan bertujuan untuk mempermudah guru dalam mengajar, mendidik, dan mengembangkan pendidikan. Jika dulu kita sibuk dengan membuat perangkat pembelajaran, seperti silabus, rencana pengajaran, sekarang kita tinggal mengajar dan mengembangkan pendidikan untuk mencapai tujuan bersama yang akan kita capai berdasarkan garis besar yang sudah dituangkan di dalam kurikulum 2013 tersebut.

Kelebihan lain kurikulum 2013 berikutnya yaitu: Standart Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada kebutuhan siswa, bukan pada mata pelajaran. Keunikan lain kurikulum ini menitik beratkan kepada sikap, pengetahuan, keterampilan, karakter yang berdasarkan pada pendekatan ilmiah atau sientific approach.

Di samping itu, kurikulum 2013 ini menitikberatkan kepada korelasi antara pembelajaran dengan apa yang diberikan Allah Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia selaku pengelola alam sekitar. Khususnya mengacu pada pembelajaran yang diawali dengan mengamati, menanya, menalar, dan mencoba atau mencipta.

Berdasarkan uraian di atas, memang benar-benar kompleks kurikulum 2013 ini, karena disusun berdasarkan kebutuhan siswa. Perlu diketahui dan digaris bawahi bahwa kebutuhan siswa atau anak didik tidak hanya sekarang, besuk, satu minggu, satu bulan, satu tahun lagi. Melainkan  lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, tiga puluh, bahkan lima puluh tahun ke depan.

Yang jelas kurikulum ini disusun untuk kebutuhan pendidikan siswa jangka panjang. Memang pandidikan tidak bisa dirasakan secara langsung seperti makan makanan atau membalik telapak tangan yang mudah dan langsung dirasakan, tetapi dirasakan di masa depan. Hal ini mengacu kepada ajaran Islam sahabat Ali bin Abi Tholib menyampaikan bahwa, "Ajari dan didiklahlah anakmu di masa akan datang".

Karena kita tidak tahu masa akan datang seperti apa, maka kita sebagai pendidik harus mempersiapkan anak didik secara optimal, mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, untuk menghadapi masa akan datang yang beda dengan apa yang kita alami sekarang. Bekal yang tepat dan sesuai dengan masa yang akan datang adalah teguhnya iman kepada Allah SWT, sikap, pengetahuan, kemampuan, dan karakter yang baik.Beberapa hal itulah yang sudah dituangkan dalam kurikulum  2013 ini.

Maka tidak salah dan tidak boleh ragu, alias harus terus maju, pantang mundur untuk melaksanakan kurikulum  2013 ini. Kita semua sebagai pendidik harus yakin setiap perubahan pasti ada nilai positifnya. Contoh nilai positif itu: Kita oleh  Allah SWT sudah diberikan hal yang luar biasa, jika tidak berbuat apa-apa secara optimal, maka kita tidak akan dapat apa yang luar biasa tersebut, yaitu hasil dari kurikulum  2013 ini.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita sebagai guru atau pendidik mensikapi kurikulum  2013 tersebut? Jangan justru bersikap pesimistis atau negatif, tetapi sebaiknya kita harus "sami’na waato’na" alias mendengar dan menurut atau menjalankanya dengan baik dan maksimal. Dengan sikap tersebut maka kita semua nanti akan dapat yang terbaik yang menjadi impian semua masyarakat Indonesia.

Selain itu sikap, pengetahuan, keterampilan, dan karakter bangsa kita juga akan jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Kurikulum 2013 semoga beradab, berkarakter, dan bisa menjadi yang terbaik.