Pelajar DKI Jakarta dan DI Yogyakarta Raih Nilai UN Tertinggi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, Ujian Nasional (UN) dapat digunakan untuk melihat dengan lebih realistis kemampuan dari peserta didik. Apabila hanya dinilai melalui ujian sekolah, tidak dapat melihat kekuatan dan kelemahan dari peserta didik, karena hanya melihat dari sisi sekolah saja.

“Kalau kelulusan hanya semata-mata ditentukan oleh nilai ujian sekolah saja maka hanya dilihat dari sisi sekolah saja. Kami sangat berterima kasih karena ada beberapa sekolah tetap mempertahankan atau tidak terlalu memberikan nilai berlebihan dari nilai sekolah. Dapat dibuktikan banyak rata-rata nilai sekolahnya lebih rendah dari nilai UN murninya,” ungkap Mendikbud saat jumpa pers di kantor Mendikbud, Senin (19/05/2014).



Mendikbud menjelaskan terdapat 78 sekolah yang nilai rata-rata sekolahnya lebih rendah dari pada nilai UN murni. Sekolah-sekolah tersebut dapat menjaga kualitas dari nilai sekolah, sehingga capaian pada ujian nasional mendapatkan rata-rata tertinggi nasional. Terdapat 25 siswa dari kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mendapatkan nilai tertinggi.

“Nilai UN tertinggi dari kelompok IPA pertama atas nama Ryan Aditya Moniaga dari SMA Kanisius DKI Jakarta, dengan nilai rata-rata 58,05,” kata Mendikbud. Sedangkan pada kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Mendikbud mengatakan terdapat 25 siswa meraih rata-rata tertinggi secara nasional. Peraih nilai rata-rata tertinggi nasional pertama atas nama Nur Afifah Widyaningrum dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, dengan nilai rata-rata 55,85.

No comments:

Post a Comment