Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) merupakan agenda tahunan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menjaring siswa yang memiliki motivasi, kreasi, dan inovasi dalam meneliti. Tahun 2012 ini merupakan penyelenggaraan OPSI yang ke empat. Meski baru tahun ke empat, olimpiade penelitian bukanlah sesuatu yang baru di kalangan pelajar. Karena sebelum OPSI, sejak tahun 1977 perhelatan bagi siswa peneliti ini telah dilakukan dengan nama Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, kegiatan semacam ini harus terus dikembangkan. Untuk itu, agar penyelenggaraan OPSI dari tahun ke tahun bisa dievaluasi harus ada rekam jejaknya. Rekam jejak dimaksudkan agar ada evaluasi kualitas dari penyelenggaraan, baik kualitas penelitian maupun kualitas peserta.
“Dalam inovasi itu harus ada tiga hal yang dipenuhi, yaitu kebaruan, kekhasan, dan kemanfaatan, itulah kenapa rekam jejak menjadi penting,” demikian disampaikan Mendikbud saat membuka OPSI di Plaza Insan Berprestasi Kemdikbud, Selasa (9/10).
Mendikbud mengatakan, para juara OPSI hendaknya tidak hilang begitu saja ketika mereka lulus SMA. Akan sangat disayangkan jika orisinalitas para siswa ini terhenti karena tidak memiliki wadah lagi untuk melanjutkan. Oleh karena itu, Mendikbud meminta kepada penyelenggara OPSI agar menyiapkan “media” bagi para siswa ini untuk melanjutkan penelitiannya.
Selain mewadahi mereka untuk melanjutkan penelitian, Mendikbud berharap agar juara OPSI bisa memiliki kredit poin untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. “Jadi kalau juara satu kreditnya berapa, kalau juara dua berapa, sehingga mereka masih terus mengembangkan ilmu mereka,” katanya.
Kerja sama peneliti dengan dunia industri pun juga terus diarahkan. Yaitu bagaimana hasil penelitian para siswa ini bisa lebih lanjut didalami dan kemudian dikawinkan dengan dunia insdutri. “Semua kita lakukan karena kita ingin mendapatkan hasil yang diterima sang anak didik itu sebesar besarnya