Nasionalisme atau kecintaan terhadap tanah air merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter yang terus digaungkan Pemerintah Indonesia. Khususnya dalam bidang pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) terus mengupayakannya melalui Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Pertanyaannya adalah apakan anak-anak TKI yang terlahir di Malaysia begitu saja dibiarkan untuk melupakan Merah Putih dan Garuda.
Konsul RI Tawau, Muhammad Soleh ketika ditemui di Wisma Nusatara di kota Tawau (21/11) mengatakan bahwa selama Merah Putih berdiri, adalah kewajiban kita semua untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kepada penerus kita. Bahwa pendidikan merupakan prioritas bersama, baik Pemerintah maupun orang tua.
Seiring pesatnya permintaan dan upaya keras Pemerintah, hingga saat ini telah berdiri 22 Community Learning Centre (CLC) di Tawau Sabah Malaysia yang mengajarkan kurikulum Indonesia. Murid-murid CLC tidak dipungut bayaran dan dapat mengikuti ujian paket A dan B sehingga kelak ketika mereka kembali dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Guru-guru yang diturunkan CLC sangat berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme anak-anak TKI sehingga ada semangat yang tinggi untuk mencintai dan kembali ke Indonesia. "Menumbuhkan cinta tanah air berangkat dari CLC itu. Dengan sendirinya, anak-anak itu akan mengenal Indonesia melalui gurunya dan pembelajarannya," harap Muhammad Soleh.
Selain itu, dukungan seluruh komponen bangsa untuk mendirikan Sekolah Indonesia di Tawau dimasa yang akan datang sangatlah dinantikan. Ini juga merupakan bentuk pencitraan Indonesia yang sangat baik. "Tawau adalah garis terdepan perbatasan Indonesia-Malaysia. Kita harus terus menumbuhkan nasionalisme WNI bahwa 'ini dadaku, ini Indonesia'
Sementara itu Manager Sime Darby Plantation, Kamarul Bahrin Noor, pada saat menerima tim peliput media dan perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di CLC Merotai (22/11) sangat mendukung upaya Pemerintah Indonesia yang juga merupakan keinginan Pemerintah Malaysia untuk melahirkan masyarakat yang cerdas dan cemerlang.
Pendidikan sepanjang hayat menurut Kamarul adalah tujuan kita bersama. "Karenanya, kita mendukung pendidikan sepanjang hayat untuk mendidik anak-anak kita diawali dengan membaca, menulis, menghitung, dan juga sesuai amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk lebih memberi perhatian kepada anak pekerja sawit dan juga pendidikan," ujarnya.
Kamarul berharap pendidikan yang didapat oleh anak-anak TKI ini akan sangat bermanfaat kelak, sehingga saat kembali ke asalnya, anak dapat meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Karena jika orang tua habis kontrak, maka anak tetap dapat melanjutkan sekolah di sekolah umum di Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu, Ahmad Adib Budiman, guru Indonesia yang mengajar di CLC Merotai berharap Pemerintah Indonesia dapat lebih meningkatkan pelayanan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ahmad juga berharap anak-anak TKI ini bisa mendapatkan beasiswa khusus, sehingga jika mereka berprestasi dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik dimasa yang akan datang