Ngajarin seks anak sendiri dengan mandi bareng ?.. Whoa, judulnya memang saya buat rancu..hehehe.. tapi jangan berpikiran “ngeres” dulu..
Inilah Tips Tepat Mengenalkan Pendidikan Seks Pada Anak, menurut penuturan beberapa para ibu bagaimana mengajarkan pendidikan seks pada anak dan ternyata Menariknya, ada orangtua yang mengenalkannya dengan cara yang unik. Para bocah diajak mandi bareng dengan ibunya. Hehe.. (hayoo..pikirannya mulai jalan nie..)
PENGETAHUAN seks anak dini usia bukan hanya perlu dikenalkan di sekolah. Ruang keluarga justru menjadi awal proses pengenalannya. Peran orangtua di rumah menjadi titik sentral. Menariknya, ada orangtua yang mengenalkannya dengan cara yang unik. Para bocah diajak mandi bareng dengan ibunya.
Hasilnya ternyata bagus. Anak terbiasa dengan urusan seksualitas yang selama ini masih cenderung ditabukan di kalangan keluarga. Organ tubuh sang ibu yang selama ini menjadi rahasia bagi bocah di rumah justru menjadi hal lumrah di mata anak-anaknya. Berikut penuturan beberapa para ibu mengajarkan pendidikan seks pada anaknya :
Ibu dua anak yang masih duduk di bangku SD ini enggan membodohi anak dengan pengetahuan seksualitas. Saat anknya bertanya, kenapa dari bapak dan mama bisa lahir adik. “Saya menjelaskannya dari foto nikah. Setelah papa dan mamanya menikah lalu tinggal bersama lalu lahir anak-anak. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti,” jelas pengusaha handycraft yang baru dinobatkan Iwapi Pusat sebagai pengusaha Indonesia paling berprestasi ini.
Sementara itu, orangtua sering sulit menerjemahkan kata-kata berbau seks yang dikutip anaknya dari koran atau majalah. “Saya jelaskan dalam bahasa anak-anak, dan mencontohkan hewan atau tumbuhan sebagai obyeknya,” ujar Sanistya, salah satu ibu rumah tangga di Denpasar.
Menurutnya, anaknya kini sudah mulai tahu jika ada lelaki dan perempuan saling berdekatan itulah yang disebut pacaran. “Namun kita tak perlu menjelaskan secara detail,” tambahnya.
Ia sempat khawatir dengan hadirnya teknologi informasi yang canggih saat ini, seperti TV. Tak jarang si anak bertanya tentang arti ciuman maupun peristiwa sadisme yang kebetulan mereka lihat di TV.
Sanistya menjelaskannya melalui pendekatan pendidikan budi pekerti. “Ciuman berarti kasih sayang. Peristiwa ibu membakar anaknya sendiri dijelaskan dengan cara menekankan pentingnya menjadi anak yang menuruti orangtua,” jelasnya. Selain itu untuk pengenalan organ kelamin antarpria dan wanita juga ia berikan, namun hanya sebatas pengenalan agar si anak mampu membedakan alat, kelamin pria dan wanita serta tata cara buang air kecil.
Sementara ia memisahkan ranjang tidur kedua anaknya, walau dalam sekamar. “Saya sediakan dua ranjang kecil, agar keduanya tak terbiasa tidur dengan lain jenis sebelum waktunya,”ungkapnya.
Aryanti melarang jika putra-putrinya mandi dengan orang yang lain jenis kelamin. “Saya tak membiasakan anak lelaki saya mandi dengan saya, begitu pula anak perempuan, saya hindarkan mandi bersama ayahnya. Selain menghindari hal-hal negatif seperti sadisme yang sering terjadi, juga agar pengenalan pendidikan seksualitas bagi mereka tak terlalu jauh
Inilah Tips Tepat Mengenalkan Pendidikan Seks Pada Anak, menurut penuturan beberapa para ibu bagaimana mengajarkan pendidikan seks pada anak dan ternyata Menariknya, ada orangtua yang mengenalkannya dengan cara yang unik. Para bocah diajak mandi bareng dengan ibunya. Hehe.. (hayoo..pikirannya mulai jalan nie..)
PENGETAHUAN seks anak dini usia bukan hanya perlu dikenalkan di sekolah. Ruang keluarga justru menjadi awal proses pengenalannya. Peran orangtua di rumah menjadi titik sentral. Menariknya, ada orangtua yang mengenalkannya dengan cara yang unik. Para bocah diajak mandi bareng dengan ibunya.
Hasilnya ternyata bagus. Anak terbiasa dengan urusan seksualitas yang selama ini masih cenderung ditabukan di kalangan keluarga. Organ tubuh sang ibu yang selama ini menjadi rahasia bagi bocah di rumah justru menjadi hal lumrah di mata anak-anaknya. Berikut penuturan beberapa para ibu mengajarkan pendidikan seks pada anaknya :
Pengalaman mande bareng ketiga anak perempuan semacam itu dilakoni Nyoman Mulyahti, S.Pd. Sebagai orangtua, kepala sekolah dasar di Denpasar ini sebenarnya tak menyiapkan kiat khusus. Namun, secara alamiah diakuinya pengalaman nyata bersama ketiga anak perempuannya tadi membuat buah hatinya tak terkejut dengan pengetahuan seksualitas yang terukur.
Mandi tanpa sehelai busana dengan bocah perempuannya tersebut bukan tanpa komunikasi timbal balik. Tak jarang saat Mulyathi datang bulan, si anak bertanya seputar proses reproduksi alami kaum hawa tersebut. “Saya kenalkan ada saatnya mereka akan mengalami masa haid pula,” katanya, seraya menambahkan, ketika anaknya mulai menginjak usia sekolah ditambahkan pengetahuan seputar risiko pergaulan dengan lawan jenis bila sudah memasuki masa menstruasi.
Pemahaman lebih detail diperoleh anak-anaknya saat menginjak bangku sekolah dasar. Mereka mlai dikenalkan pengetahuan dasar fisiologi hewan, tumbuhan, dan manusia. Saat kembali ke rumah mereka bertanya. “Saya coba jelaskan lagi dengan bahasa yang gampang dimengerti mengenai apa yang mereka dapatkan di sekolah,” ujar istri anggota Polri yang akrab dipanggil Ibu Swan, ini. Ketiga putrinya yang sudah menginjak bangku kuliah nyaris tak pernah bermasalah dalam proses pergaulan yang mencemaskan orangtuanya.
Sementara Dra. Anak Agung Putri Puspawati lebih menekankan pengenalan ajaran moral. Artinya, apa yang dianggap baik dikenalkan sejak anak dalam kandungan. Ucapan dan perilaku saat hamil amat dijaga. “Saya belajar dari banyak membaca pengetahuan mendidik anak semacam itu dari buku dan majalah,” katanya.Ibu dua anak yang masih duduk di bangku SD ini enggan membodohi anak dengan pengetahuan seksualitas. Saat anknya bertanya, kenapa dari bapak dan mama bisa lahir adik. “Saya menjelaskannya dari foto nikah. Setelah papa dan mamanya menikah lalu tinggal bersama lalu lahir anak-anak. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti,” jelas pengusaha handycraft yang baru dinobatkan Iwapi Pusat sebagai pengusaha Indonesia paling berprestasi ini.
Sementara itu, orangtua sering sulit menerjemahkan kata-kata berbau seks yang dikutip anaknya dari koran atau majalah. “Saya jelaskan dalam bahasa anak-anak, dan mencontohkan hewan atau tumbuhan sebagai obyeknya,” ujar Sanistya, salah satu ibu rumah tangga di Denpasar.
Menurutnya, anaknya kini sudah mulai tahu jika ada lelaki dan perempuan saling berdekatan itulah yang disebut pacaran. “Namun kita tak perlu menjelaskan secara detail,” tambahnya.
Ia sempat khawatir dengan hadirnya teknologi informasi yang canggih saat ini, seperti TV. Tak jarang si anak bertanya tentang arti ciuman maupun peristiwa sadisme yang kebetulan mereka lihat di TV.
Sanistya menjelaskannya melalui pendekatan pendidikan budi pekerti. “Ciuman berarti kasih sayang. Peristiwa ibu membakar anaknya sendiri dijelaskan dengan cara menekankan pentingnya menjadi anak yang menuruti orangtua,” jelasnya. Selain itu untuk pengenalan organ kelamin antarpria dan wanita juga ia berikan, namun hanya sebatas pengenalan agar si anak mampu membedakan alat, kelamin pria dan wanita serta tata cara buang air kecil.
Berbeda dengan Suhartatik, pendidikan seksualitas bagi anaknya lebih ia fokuskan ketika anaknya sudah berusia 12 tahun atau menjelang remaja. Anak dini usia belum saatnya mengenal berbagai hal yang berhubungan dengan seksualitas, karena ini mampu mempengaruhi masa pubertas anak. “Jika anak dini usia telah dikenalkan pendidikan seksualitas. Pikiran kekanak-kanakannya akan cepat berubah dan mampu membuat anak berpikiran negatif,”ujarnya.
Untuk itu Hartatik sangat protektif terhadap tontonan acara TV yang menurutnya banyak menghadirkan program yang tak mendidik anak. “Sinetron sekarang banyak mengajarkan anak berbuat tak benar, informasinya juga malah membuat anak berpikiran dan bertindak negatif. Jika anak saya nonton TV, harus ada pendamping,” ungkap ibu yang telah dikaruniai dua anak perempuan berusia enam dan 12 tahun ini.
Hartatik tak memungkiri berbagai pertanyaan sering mucul dalam diri anaknya yang berusia enam tahun. Menyangkut hubungan suami istri, ia tak menjelaskannya. Ia memberi pengertian, hal tersebut akan diketahuinya saat dewasa. Sebaliknya, jika ada anak bertanya kenapa perut ibu hamil, ia akan menjelaskan kehamilan boleh asal melalui ikatan pernikahan. “Di situlah unsur moralnya,” tambahnya.
Ibu Aryanti, memulainya saat memandikan kedua anaknya yang masih balita.Ia mengenalkan organ kelamin serta tata cara buang air kecil yang benar.Sementara ia memisahkan ranjang tidur kedua anaknya, walau dalam sekamar. “Saya sediakan dua ranjang kecil, agar keduanya tak terbiasa tidur dengan lain jenis sebelum waktunya,”ungkapnya.
Aryanti melarang jika putra-putrinya mandi dengan orang yang lain jenis kelamin. “Saya tak membiasakan anak lelaki saya mandi dengan saya, begitu pula anak perempuan, saya hindarkan mandi bersama ayahnya. Selain menghindari hal-hal negatif seperti sadisme yang sering terjadi, juga agar pengenalan pendidikan seksualitas bagi mereka tak terlalu jauh
No comments:
Post a Comment